By : Ayuna Kusuma 22 December 2011
Seorang anak lelaki keluar dari sebuah gubuk. Di kompleks kumuh tingkat atas, anak itu terlihat memukul-mukul jaket kusamnya. Tak beberapa lama seorang Iblis datang, dia menyerupai kakek-kakek yang berbaju mewah dan masih mulus.
Anak lelaki itu menatapnya dengan kekaguman yang berlebihan. Beberapa kali kakek itu mengkibas-kibaskan tongkatnya, menunjuk-nunjuk tanah dan bicara seorang diri, namun dia seperti menyuruh seseorang untuk membereskan apapun yang ia tunjuk.
Anak itu masih menatap dengan rasa kagumnya,
“Sudahlah nak, jangan kau pandangi aku dengan matamu itu, kau akan silau…” kata kakek itu pelan dengan nada yang berat
“Kakek ini siapa….”
“Aku?… apa pedulimu siapa aku….”
“Aku peduli… karena baru kali ini aku melihatmu… dan aku ingin meminta sereceh uang, untuk membeli makan untuk ibuku yang sedang sakit…”
“Oh… kau pengemis rupanya… pengemis yang peduli dengan orang lain daripada peduli dengan dirinya sendiri…”
“Aku peduli pada diriku dan ibuku.. maka dari itu aku peduli padamu dan menanyakan hal sepele itu padamu…”
“Tapi maaf nak… aku tidak suka memberi dengan Cuma-Cuma… Kalau kau mau bekerja untukku, kau akan kuberi lebih.. bahkan… kuberi uang muka yang lebih daripada yang kau harapkan… bahkan pikiranmu pun tak habisnya untuk menghitung uang muka yang kuberikan nantinya”
“Apa pekerjaan yang kau berikan untukku?”
“Hmmm.. kau lihat gubuk yang ada didepanmu?”
“Iya, itu rumah para tetanggaku,…”
“Bakar rumah mereka nanti malam.. karena aku akan membangun sebuah toko besar disini. Kalau kau mau menjalankan tugas ini, aku akan membawamu dan ibumu ke tempat aman dan memberikan kalian makan dan juga uang, kalau kau tidak mau melakukan tugas ini, mungkin kau akan ikut terbakar bersama para tetanggamu”
“Tidak.. aku tidak mau… mereka para tetanggaku, mereka saudaraku, kau orang gila, sampai menyuruhku membakar mereka”
“Aku tak menyuruhmu membakar mereka, pengemis yang malang…. Aku hanya memberikan kau tugas untuk membakar rumah mereka”
“Lalu bagaimana dengan mereka? Kau benar-benar iblis”
“Ssst… apakah kau sudah lupa kalau ibumu sedang kelaparan? Jangan pernah pikirkan mereka, pikirkan dirimu sendiri… lihat bajumu… lusuh.. bau… kau juga harus merawat ibumu. Merawat orang sakit harus ditempat yang bersih.. kalau kau membantuku… kau akan dapatkan harta untuk membeli itu semua”
“Aku tak mau harta.. tuan kaya raya… aku tidak mau harta bila aku harus membunuh saudaraku… puas?”
“hmmm… jangan munafik…”
Anak itu kembali ke gubuk dengan penuh pikiran, campur aduk lama-lama menghitam dan muncullah sebuah keputusan yang mengubah segala hidupnya. Setelah ia melihat ibunya yang terkapar tak berdaya, kadang nafasnya tersenggal, kadang berhenti, kadang memuntahkan semua air dalam perutnya. Karena hanya air yang ada diperutnya.
Anak itu terlihat marah, saat menerima sebuah keadaan, mengingat-ingat apa yang terjadi selama ini, Semua tetangganya, hanya orang asing baginya, saat ia kelaparan dan hendak mencari pertolongan tak ada yang mau membantu, bahkan ada yang baik hati membantu, dengan memberikan sisa makanan anjing peliharaan, Saat ibunya terbaring lemah dan sangat perlu gizi, walaupun sepiring nasi. Tak ada satupun tetangga yang memberi nasi layak dimakan, semuanya hanya memberi nasi basi bersama belatung kecil, semakin terhina dan marah anak lelaki itu ketika ia ingat anak tetangga sempat-sempatnya mencuri sepeda peninggalan dari ayahnya, dan ia tak mampu merebut kembali sepeda yang sudah menjadi haknya, karena ancaman dari ayah sang pencuri.
Semakin marah, semakin muram, semakin benci, semakin dendam.
Anak itu berlari keluar gubuk, ia mencari kakek kaya itu, dan berniat merubah keputusannya.
“Hei…!! Aku mau bekerja untukmu… apakah masih ada kesempatan untukku?”
Kakek itu berpaling ke arah lelaki kecil itu, ia tersenyum bangga
“Bagaimana… kau sanggup melakukan itu semua?”
“Aku sanggup, tapi kau harus memindahkan ibuku ke rumah sakit, berilah obat yang bagus untuknya, belikan ibuku makanan yang penuh gizi. Berikan kami uang yang banyak. Dan akan aku bakar mereka semua”
“Hehehe… sabar nak…. Apa yang membuatmu begitu bergelora dalam emosi?”
“Kau benar, mereka bukan tetanggaku, mereka hanya orang asing bagiku dan ibuku, mereka tak pernah membantuku, bahkan mereka sering menghina kami”
“kasihan sekali kau nak… baiklah… kita pindahkan ibumu ke rumah sakit sekarang”
***
Lalu malam itu.. saat semua terlelap… Seorang anak lelaki yang telah mendapat segalanya dari sang iblis. Melangkah dengan pelan-pelan, lalu ia menyulut api, dan…. Semua rumah yang semula ia anggap sebagai rumah tetangga, menyala berkobar, beberapa kepala keluar dari rumah dengan kobaran api yang menjadi-jadi. Teriakan-teriakan menggema, langit berubah menjadi berwarna, semakin ceria namun menderita.
Si anak lelaki hanya tersenyum sadis melihat tetangganya terbakar. Ia sudah memiliki kebahagiaan diatas ratusan derita tetangganya, Ia sudah tahu pasti ibunya makan enak setelah hangusnya tetangganya.
Si anak pulang… gembira ia…. Senyumnya bertebar diwajahnya. Namun apa yang ia lihat, begitu mengguncang hati. Mayat terbaring diatas ranjang rumah sakit, di kamar ibunya.
Ia bertanya dengan tertatih.. Siapa itu? Dalam hatinya…… Pasti bukan ibuku… ibuku sudah sehat karena aku sudah belikan obat untuknya…
Lalu kakek itu datang, dia menahan sedikit air mata, huh…. Bukankah iblis tak bisa menangis?… itu sebuah kepalsuan belaka.
“Nak.. ibumu telah meninggal…”
“……..” anak itu tak bisa berpikir lagi, ia berteriak teriak, matanya melotot keluar, ia kecewa… mengapa secepat itu ibunya mati, mengapa secepat itu ibunya pergi.
“Ini nak… bayaranmu…. Terimalah”
“Dasar iblis….. apa artinya uang bila ibuku mati…… apa???? Apa??? Hah!! Apa????”
“Kau bisa menikmati hidupmu sendirian tanpa ibumu…. Kau bisa menikmati dunia…. Tanpa merawat ibumu yang pesakitan itu….”
“Aku bunuh mereka semua~~~!!! Untuk ibuku~~~!!! Untuk kesehatannya…. Untuk kesejahteraannya…. Untuk membalas cintanya kepadaku….. “
“ups…. Maaf aku kira kau bisa melepaskan ibumu…. Aku membunuh ibumu karena dia terlalu merepotkanmu nantinya”
“……………” Semakin gila, semakin lantang teriaknya, semakin gila suasana. Dan iblis hanya berlalu dengan tertawa bangga. Ia menghancurkan semuanya dalam satu malam.