Pernah suatu hari aku bertemu dengan kakek-kakek yang usianya mungkin sudah lebih setengah abad, kakek itu… aku tak tau namanya, tapi setiap pagi dan sore beliau selalu lewat didepan rumah. Dengan rajinnya beliau berteriak-teriak memanggil konsumennya begini teriakannya “sapu…. Sapu… ayoo tuku sapuuu… resik… resik… umahe diresiki…”
Banyak yang iba dengan kakek itu, tapi sekali lagi, disaat itu tak ada yang bertindak, tak ada satu wargapun yang membeli sapu buatan beliau, dengan alasan sapu yang ada dirumah masih bagus, belum lecek, atau walaupun lecek tapi masih layak pakai. Suatu hari aku menunggunya didepan rumah sambil menerima telp dari pelanggan okrek.com aku menunggu sampai jam 4 sore… namun kakek itu tak juga lewat. Aku berfikir mungkin uang yang aku genggam ini bukan rezeki beliau. Akhirnya aku kembali kedalam rumah dan melakukan segala aktifitas saat itu.
Besoknya tanpa ditunggu-tunggu kakek itu lewat didepan rumahku, padahal aku masih banyak kerjaan, akhirnya gagal lagi aku membeli sapu produk kakek itu.
Begitulah sering sekali kita merasa iba, namun tak jarang kita hanya merasa iba, tanpa membantu mereka. Akhirnya rasa tinggallah rasa