Gendre : romance,
main cast:
Boram : Ahreum T-Ara
Yeol : SungYeol Infinite
DayLim
Mencoba. Ya aku terus mencoba untuk menghalangi hatiku untuk marah tak jelas. Aku tak boleh berputus asa seperti tahun lalu. Membiarkan Hiemi menikah dengan pria yang telah dipilihkan ibunya. Dan membiarkan semua menghilang begitu saja, dan aku berpikir aku akan mendapatkan yang lebih baik dari Hiemi.
Memang, aku mendapatkannya, dan itu kau Boram. Lalu sekarang kau ingin bertindak yang sama seperti Hiemi. Apakah kau sudah melupakan ceritaku dan kata-kataku dulu? Aku sudah mengatakan padamu kalau aku membenci wanita seperti Hiemi. Apa kau lupa Janjimu? Saat kuliahmu sudah selesai kau akan pulang ke korea tahun ini, dan akan menetap disini.
Berkali-kali kau pun sudah memastikan padaku kalau kau akan membuatku lebih bahagia. Daripada aku bersama gadis lain. Apakah kau melupakan semuanya itu.
Malam ini aku terbang ke Berlin, untuk memastikan apakah kau benar-benar akan melupakan semuanya dan meninggalkanku? Atau ada masalah lain yang membuatmu seperti ini. Asal kau tahu Boram. Aku tak pernah menolak untuk membantumu dalam hal apapun.
Konyolnya aku, dalam perjalanan ke Berlin aku memikirkan banyak kemungkinan apa yang terjadi denganmu sebenarnya.
Apakah orang tuamu terlibat hutang? Lalu mereka tak bisa membayarnya? Ha? Begitukah? Kalau benar seperti itu, aku akan menjual beberapa asset perusahaanku dan membayarnya. Dan kau akan kunikahi saat itu juga. Lalu kubawa kau dan orang tuamu ke Korea, ah sepertinya jangan ke Korea karena pemerintah sekarang sedang panas-panasnya ingin perang. Jangan… terlalu bahaya untuk keluarga kita. Aku akan membawamu ke India, atau ke Negara yang penuh dengan senyuman yaitu Indonesia. Atau tempat yang paling aman, di hatiku.
Kau tahu Boram, orang yang duduk di sebelahku, mengira aku gila, karena sedari tadi aku tertawa, murung, menangis, berteriak, itu gara-gara kau.
Aku berpikir lagi, Boram, Mengapa kau begitu cepat mengatakan akan menikah, padahal dua bulan sebelum musim panas, kau dan aku masih terlalu romantic untuk dipisahkan. Bahkan aku ke kamar mandi saja kau mau aku membawa ipadku, dan kita masih mengobrol. Kita masih bisa bercanda seperti layaknya suami istri.
Apakah kau terlanjur hamil dengan orang Jerman? Hah?... Aku sedikit merenung sebentar.
Sepertinya tak mungkin kalau kau hamil diluar nikah dengan seorang pria Jerman, selama kau denganku saja, kau tak mau kucium. Kau gadis yang bersih, walaupun sangat genit. Ah……. Aku pusing, aku tidur saja.
Berlin… aku datang… Boram… Tunggu aku disana.
***
Turun dari bandara, aku sempat bingung dengan tempat ini. Untung saja ada taxi berjejer diluar bandara.
Aku langsung menyapa salah satu supir taxi
“Guten Morgen, Sir“ sapaku
“Guten Morgen. Kann ich Ihnen helfen?“ pria itu bertanya kepadaku. Tubuhnya lebih tinggi 5 cm dariku. Dia berkata Selamat pagi, ada yang bisa dibantu?. Ya tentu saja ada. Tolong antarkan aku ke Boram kekasihku dan bantu aku merebutnya kembali, itu kata hatiku hehehe.
“Ja, können Sie mich im Hotel Brownman in Pankow?“ tanyaku
“Ja. natürlich. lass uns gehen“ Kata pria itu sambil membuka pintu taksinya
Setelah barangku dimuat dijok belakang, aku duduk dengan nyaman. Taksi ini sangat nyaman. Ini saatnya menelpon Boram. Nada sambung yang membuat hatiku bersemangat hari ini. Aku menunggu Boram mengangkat telpnya.
Dan
‚‘Halo,‘ suara wanita menyambutku, aku yakin Boram tak mau menerima telp dariku
“Ah, Hallo.. Aku Yeol, bisa aku bicara dengan Boram?“
‚‘maaf, sepertinya tidak bisa, hmmm, Adikku tidak mau menerima telp darimu‘
“Maaf sekarang aku bicara dengan siapa?“
‚‘Aku Daylim, kakak Boram, sudah ya, aku harus...‘
“Ah sebentar... sebentar... aku sangat perlu berbicara dengan boram, karena sekarang aku sudah di Pankow, Apakah Boram bersamamu? Berikanlah telpon ini sebentar saja padanya“
‚‘ooooooh... no... benarkah kau di Pankow sekarang?‘
“Iya tentu saja, aku tak akan biarkan kalian semua membuat Boram tidak bahagia, aku tahu menikah itu adalah rencana kalian semua kan??? Padahal Boram pernah bicara denganmu kalau aku adalah pria satu-satunya yang dia cintai. Sekarang berikan telpnya ke Boram, Aku akan menginap di hotel brownman, kalau kau tak ingin memberikannya, aku akan menemui boram dirumahnya, aku masih menyimpan alamatnya“
‚‘Yeol... Kau tak akan bertemu Boram di rumah‘ kata Daylim
“Hallo... Daylim, apakah kau masih disana? Hey. Bicaralah“
‚‘Begini saja, kalau kau sudah di Hotel Brownman telp aku lagi, aku akan menemuimu, mari kita bicara‘
“Wah... apa yang kau pikirkan? Aku ingin bertemu dengan Boram, bukan denganmu“
‚‘Iya aku tahu... aku tahu cintamu begitu besar pada Boram, tapi saat ini kau hanya bisa bertemu denganku‘
“Baik, kutunggu kau di Lobi Hotel“
‚‘Terima kasih Yeol, maafkan kami‘
Telp ditutup. Dan aku punya kesempatan menikmati pemandangan kota Berlin yang sangat menawan hati. Akhirnya aku menemukan jalan, jalan yang menurutku akan menemukanku denganmu lagi, Gadis semangkaku.
Aku bayangkan kau akan tersenyum padaku, kalau kau tahu aku sudah di Pankow, kau pasti akan teriak bahagia saat kau tahu aku akan membawamu pergi jauh dan memberikanmu kebahagiaan. Cincin ini, yang aku beli tahun lalu, yang sangat kau inginkan. Akan melingkar di jari manismu sebentar lagi. Karena kita akan menikah. Bukan pria Jerman yang kau bilang kau cintai yang akan menjadi suamimu. Tapi aku. Yang benar-benar kau cintai dengan jiwamu.
“Sir. Es a Brownman Hotel. Okey“ Supir taksi membangunkanku dari lamunan yang panjang
“ Oh. Vielen Dank. Sir. Dies ist eure Tipps“ Aku memberinya uang lebih dari yang ia minta. Ia dengan gesit membawakan semua barangku ke lobi hotel. Dan kembali ke taxinya sebelumnya dia berteriak padaku
“ Vielen Dank Handsome Man“ hehehe itu membuat semua gadis melihat kearahku.
Aku menuju lobi dan memesan kamar untukku. Akhirnya aku mendapatkan kamar di lantai satu. Aku paling suka kamar di lantai satu, karena dekat dengan bumi.
Kutelpon Boram sekali lagi, aku harap kali ini Boram lah yang menerimanya.
‚‘Hallo...‘ Suara wanita itu lagi. DayLim kakak Boram.
“Hei.. aku sudah di Hotel, kau ada dimana? Bisakah kau kesini sekarang? Bersama Boram?“
‚‘Aku ada dibelakangmu, tapi Boram tak bersamaku‘ Aku melihat dibelakang. Seorang wanita melambaikan tangannya. Wajahnya mirip dengan Boram, namun ia lebih tinggi dan rambutnya keriting seperti ramyun.
“Hi... Aku Daylim“ sapanya sambil menyalamiku. Aku balas dengan senyuman yang sedikit dipaksakan
“Bagaimana kabarmu Yeol? Apakah penerbangannya lancar saja? Duduklah, mari kita bicara“ Ia menyuruhku duduk, perlakuannya padaku sangat manis, namun aku masih sebal dengan keadaan ini. Mana
Boram, sepertinya tidak ada masalah, tapi mengapa aku tak boleh bertemu dengan gadis semangkaku?.
“Sekarang dimana Boram? Bagaimana dia bisa bilang akan menikah dengan orang lain? Padahal dua bulan yang lalu ia begitu antusias merencanakan kencan dan pernikahan kami“
“Boram... hmmm sebentar aku akan memesankanmu Jus,“ kata Daylim sedikit bingung
“Tidak, tidak perlu. aku sudah minum banyak tadi, kau jelaskan saja apa yang terjadi“
“Boram... Tidak akan menikah dengan siapapun...“ Katanya, lalu dia menangis, airmatanya deras sekali mengalir, suara sesak bisa aku dengar, ada apa ini sebenarnya.
“Apa maksudmu? Sebenarnya ada apa?“
“Boram, tak akan menikah dengan siapapun.... aku kira, dengan mengirimi email, kau akan merasa kecewa dan bisa melupakan Boram dengan mudah, membenci Boram dengan lebih mudah, tapi mengapa seperti ini... Aigoo...oh...Aigoo...“ Daylim mulai memukul-mukul dadanya. Aku berganti posisi duduk, aku pegang lengannya, agar ia tak lagi memukul dadanya dengan keras.
“Apa yang terjadi hah??“ tanyaku, aku tak bisa menahan air mataku „“Ada apa dengan Boramku? Apa yang terjadi padanya, sampai-sampai kau ingin aku membencinya? HAH??“ Bentakku, aku sungguh tak sanggup lagi menahan emosiku.
Semua orang di hotel melihat kami berdua, dan aku tak peduli.
“Satu bulan lalu, saat Boram sedang berbelanja... di pusat perbelanjaan... setelah pulang dari sana.... Ia mengalami kecelakaan... Sampai sekarang, Boram masih di rumah sakit, Boram sekarang mengalami koma, Yeol, ia tak bisa bicara, ia tak bisa tersenyum, ia hanya bisa tidur saja... aigoo... aigoo... Dokter mengatakan kalau akan sulit sekali menyadarkan Boram, kalau semua bantuan pernafasan dan infus dicabut... Boram akan meninggal... Yeol... adikku akan meninggal..... Dan aku tak ingin kau merasakan kesedihan kami...“ kata-kata Daylim membuatku lemas. Ya aku tak bisa apa-apa lagi. Aku hanya bisa menatapnya dengan air mata yang tak bisa kutahan.
“Aku tak ingin kau begitu kehilangan Boram, Yeol... Aku tahu kalian adalah pasangan yang sangat serasi, takdir telah mempertemukan kalian, tapi takdir pula yang akan memisahkan kalian, Kami semua tak ingin merepotkanmu“
Aku menghapus air mataku, “Apakah kau seorang kakak huh? Seharusnya kau tahu... bagaimana cara menyembuhkan adikmu, bagaimana kau bisa bersikap seperti ini HAH???... kau mengirimiku beberapa email dan membuatku menganggap bahwa Boram adalah gadis brengsek yang melupakan kekasihnya demi pria lain. HAH???? Itukah tindakan seorang kakak???... Aku.... Aku percaya, Boram akan hidup, Boram akan sadar....“
“Dokter sudah menyatakan Boram tidak akan sadar Yeol... pertahanan hidupnya hanya selang makanan, infus, dan oksigen, kalau semua dicabut, ia akan mati Yeol... dan kau akan sakit, seperti kami bila kehilangan dia“
“Dokter... kau bilang dia menetapkan umur Boram??? BULLSHIT... Kau tahu? Aku tak percaya dengan apa yang doktermu bicarakan. Dia bukan tuhan kak. Antarkan aku menemui Boram. Akan aku buat Boram hidup kembali. Ayo antarkan aku. Sekarang...“
“Tapi...“
“Tapi apa lagi?... adakah rahasia yang lain yang kau sembunyikan?“
“Aigoo... aku tak kuat menahan ini semua. Yeol... Boram sudah tak seperti yang dulu, wajahnya rusak, dokter mengamputasi kedua kakinya, dan kau akan membencinya“
“Asal kau tahu. Daylim... Seperti apa bentuk Boram, apakah dia buta, tidak punya kaki, hanya kepala, atau hanya rambut saja. Aku akan tetap mencintainya“
Daylim pun beranjak dari duduknya, ia menghapus air mata dan merapikan penampilannya. “Ayo... aku antarkan kau ke Belahan hatimu, Boram beruntung memiliki pria yang mencintainya seperti ini“
Kamipun berangkat ke Rumah Sakit Pankow. Oh Tuhan, aku tak mengira seperti ini keadaan sebenarnya. Bagaimana kalau aku percaya begitu saja, dan menganggap semuanya telah berakhir. Bagaimana dengan Boramku kalau aku egois dan meninggalkannya. Boram, aku tak bisa meninggalkanmu, apalagi setelah kakakmu membeberkan semua masalah. Mulai saat ini aku akan berjanji padamu juga pada Tuhan. Tak akan sekalipun meninggalkanmu.
To Be Continue