Gendre : romance,
Main cast:
Jessica SNSD : Jill
Joo Won : B
Chemi C-Real : Minna
Ji Chang Wook : Hong
Review part 5
Kami melompat dan bersalaman, Dia Hong, temanku semasa SMA, aku berencana menghubungi dia saat di rumah nanti, tapi takdir telah menemukan kami lebih cepat.
"Oh... Bill, kau sudah semakin tampan hehehe, ah...... Nuna... Aku Hong, kau masih ingat kan?" kata Hong, sambil mengambil tangan Jill yang sibuk menyuapkan daging besar ke mulut. Hong menggenggam tangan Jill dengan lembut dan ia cium "Selamat bertemu kembali Nuna... "
"He...... " Jill menatap Hong dengan tatapan terpesona, berbeda bila ia menatapku, ia tak pernah menatapku seperti itu, hmmm apakah sekarang aku cemburu???
***
Jill masih memandang Hong lekat-lekat, ia kagumi setiap jengkal wajahnya. Hong pun sepertinya menikmati kekaguman Jill, ia tersenyum dan mengambil kursi tanpa merubah posisi wajahnya yang memandangi wajah Jill. Lalu ia duduk di sebelah Jill.
“Nuna… Kau makan banyak sekali, apa tidak takut berat badanmu bertambah? Nuna secantik dirimu harus memiliki badan yang sempurna, untuk menandingi kecantikanmu. Ya kan Bill?”
“Benarkah???” Tanya Jill sambil mengedipkan matanya berkali-kali.
“Hm??? Hong, apakah kau sales kecantikan? Atau sales rumah penurunan berat badan? Dari tadi kau bilang Jill cantik, cantik, cantik… huh”
“Dasar kau ini… panggil kakakmu dengan panggilan Nuna.” Kata Hong sambil memukul kepalaku dengan sumpit
“Aish… kau ini baru bertemu saja sudah menyakiti, Hong, wajahmu licin sekali, tampan, kau pasti sudah operasi plastik. Dimana? Ha?” tanyaku dengan nada sebal.
Hong dan Jill menatapku dengan sebal, mata mereka melotot padaku, kutengadahkan kepala dan bernafas panjang “Huah….. Kenapa kalian melotot seperti itu hah?”
“Hehehe. Aku tak pernah oprasi plastik, aku kan tampan alami, iya kan Nuna? Nuna, apakah kau ingat saat SMA dulu kita pernah bertemu dan belajar bersama di perpustakaan sekolah? Apa kau ingat? Ah… kau ingat saat aku memberimu sekotak pensil? Karena kau mengeluh kalau pensilmu selalu direbut B?”
“Ah…. Iya, ya, ya….. aku ingat…” Kata Jill sambil melanjutkan makannya.
“Nuna… apakah B tetap menyebalkan seperti dulu?” Tanya Hong sambil melirikku.
“Ahhhh pasti… sekarang dia lebih menyebalkan, makanya aku usir dia dari apartementku, apakah kau mau menerima B untuk tinggal di apartemenmu??”
“Ha???” Hong kaget mendengar pertanyaan Jill, ia menatapku dan Jill bergantian.
“Iya, aku sebenarnya ingin menghubungimu saat di rumah nanti, tapi sekarang kita sudah bertemu, sebuah kebetulan kan? Aku ingin kau membantuku, saat ini aku tak punya pekerjaan, dan aku harus pindah apartemen, apakah kau mau menerimaku, tinggal di Apartemenmu? Aku akan bayar setengah sewanya, bagaimana?”
“Kalian… hanya karena alasan menyebalkan, harus pindah apartemen???”
“Iya dia sangat menyebalkan, aku tak ingin melihatnya lagi” kata Jill sambil sibuk melahap daging bakar porsi besar.
“Gila… Nuna.. walaupun menyebalkan dia tetap adikmu, kalian tidak boleh berpisah.”
“Huh… kau mendramatisir masalah saja Hong, ada banyak alasan, jadi bolehkah aku menginap di rumahmu malam ini juga? Aku akan bayar setengah sewanya, tenang saja.”
“Ya boleh… karena kau adik Nuna ku yang cantik ini” katanya dengan senyum menawan “Nuna… jangan khawatir, akan kujaga adik nuna yang menyebalkan ini”
“Hum… ya. Aku percayakan dia padamu” Jill menatap Hong dengan tatapan konyol penuh harap, lalu menggenggam tangan Hong dan mengedipkan mata berkali-kali. Hehehe aku hampir tertawa melihatnya.
Tapi aku tak terima, saat Hong menghapus noda saus di bibir Jill, Apa ini??? Sungguh keterlaluan.
Jill memegang tangan Hong dan berkata dengan tegas “Jangan sentuh bibirku lagi, kalau kau mengulanginya, akan aku patahkan tanganmu ini”
“Ah… maaf Nuna, aku tidak bermaksud” kata Hong dengan nada ketakutan.
Hong kembali ke tempat duduknya yang tadi, dia mengambil tas dan meninggalkan uang di meja untuk kopi yang dia beli. Dia menghampiriku, dan memberikan kartu nama.
“Kau bisa tinggal di apartemenku mulai nanti malam, ini alamatnya, tapi ada syaratnya, jangan membawa banyak barang, karena buku-buku milikku sudah banyak, dan jangan lupa bayar setengah sewanya malam ini juga”
“hmm”
“okey?”
“Baik, tuan Hong yang tampan” ujarku.
“Nuna, aku pergi dulu, selamat menikmati sisa waktumu dengan orang paling menyebalkan ya Nuna… ini nomor ku, kau bisa menghubungiku kapan saja” kata Hong sambil memberikan secarik kertas ke Jill.
“Ya…” Jill sibuk dengan makanan penutupnya, pudding pisang jadi ia tak begitu tertarik dengan kertas yang diberikan Hong, ya aku sedikit merasa lega. Setelah Hong berlalu keluar restoran, aku sibuk memandangi Jill.
Aku mencoba menyelami dirinya, Jill sekarang ini cepat sekali berganti mood, dari senyum ke wajah yang penuh emosi, dari senang berubah menjadi sedih, bahkan hal yang biasa seperti tadi pagi saat aku menggendong Minna. Jill mengaku cemburu dan sempat menangis. Aku mencoba menyelami jati diri gadis yang kucintai itu.
“Kau lihat apa B? apakah di bibirku ada noda? Mana? Bisakah kau bersihkan?” kata Jill, dia ambil tanganku yang sedang memegang tisu dan diusap-usapkannya di bibirnya.
“Tidak ada noda, sudah dibersihkan Hong” kataku.
“Hum… Padahal aku ingin kau yang membersihkannya, padahal aku sudah susah payah membuat mukaku penuh dengan noda, kenapa orang itu yang melakukannya, menyebalkan.”
“Itu sebabnya kau mengancamnya hehehe, dasar… dia sepertinya takut padamu.”
“Hehehe, iya… biar saja, B, apakah aku cantik? Hum?”
“Cantik… kaulah yang paling cantik bagiku, kalau aku, apakah aku tampan?”
“Hmmm menurutku, Hong lebih tampan”
“Kenapa?”
“Tenang saja, aku tidak suka orang tampan, karena aku suka pada B, bukan pada orang tampan hehehe.”
“Bisa saja… Aku akan pindah malam ini juga, Jill, apakah aku benar-benar menyebalkan selama ini?”
“Selama menjadi adikku, kau sangat menyebalkan, tapi semakin kau menyebalkan, semakin aku tahu kau bukan adikku, dan aku semakin mencintaimu, kau mau?” kata Jill sambil menyuapiku pudding pisang.
“Hum enak ya… Aku minta maaf kalau kau sempat ku buat susah ya…”
“Tidak… Aku tidak pernah merasakan susah hidup denganmu. Hehehe.”
“Jill, kita kembali ke rumah sakit menjenguk Minna atau, bagaimana?”
“Aku ingin kita pulang, aku ingin berdua saja denganmu, bagaimana?”
“Aku suka itu.”
***
Di ruang keluarga, kami memainkan semua game milik Jill, setelah lelah, kami memutuskan untuk menonton stasiun televisi lokal, Drama My Queen kesukaan Jill tayang sore itu. Saat Jill sibuk dengan drama korea yang ditontonnya, aku beranjak untuk mengemasi barangku.
Yang kubawa hanya baju, jas untuk interview dan beberapa data yang kuperlukan untuk melamar kerja. Kuambil juga satu foto Jill yang paling menawan. Kusempatkan untuk melihat lagi foto kami berdua di album-album foto keluarga.
Jill dari dulu memang cantik, seperti ibu angkat kami, ah, apakah ini sebuah takdir? Aku mengaku dari dulu aku sangat mencintai Jill, lebih dari kakakku, dan aku tahu Jill pun begitu. Aku sangat menghargai dirinya karena selama kami memiliki status menjadi kakak adik, dia tak pernah melanggar norma susila.
Dan dia tetap mencintaiku, mempertahankan cintanya tanpa melukaiku. Selama kami masih berstatus menjadi adik kakak, aku tak pernah menemui Jill berkencan dengan seorang pria, surat-surat cinta, dan yang lainnya.
“B~~!! Kau dimana?” Jill teriak dari ruang keluarga, kudengar langkahnya, ia mencariku kemana-mana, hehehe padahal aku sedang ada di kamarnya.
Greeek…. Pintu terbuka
“Akhirnya kau temukan aku…”
“Sedang apa kau di sini? Aku sudah menunggumu, ceritanya tragis sekali, coba kau lihat, ayo… lihat drama denganku.” katanya manja, ia melingkarkan lengannya di lenganku, lalu menarik-narikku paksa.
Aku balas menariknya, dan yang kuatlah yang menang, Jill rebah di atas tubuhku, “Lihatlah… kalau kau ada di dekatku, aku tak bisa mengontrol diriku untuk menciummu.”
“Cium saja kalau kau mau.”
“Tidak mau, mulutmu bau pizza.” Jill memukul wajahku dengan lembut.
“Nuna.. Bisakah kau berjanji?” kataku sambil menahan tangannya agar tak memukul wajahku lagi.
“Janji apa?” Tanya Jill sambil sibuk menatap mataku.
“Janji jangan mencintai siapapun kecuali aku, mau? Bisa?”
“Hum… Aku mau dan pasti bisa, kau juga harus seperti itu.”
“Ya… aku tak akan mencintai orang lain, tapi bisakah kau berdiri sebentar, dadaku sesak, badanmu berat sekali. Auuuh…” kataku mengejeknya, bukannya berdiri, ia malah semakin menekanku, dan kami mulai perang di atas ranjang, saling memukul, saling menampar, saling menendang.
Kami bertengkar di atas ranjang seperti anak kecil saja, semua jurus kami keluarkan, dari kamehameha sampai sharingan.
Jill menggerakan tangannya dengan cepat “KAMEHAMEHA~~~~~!!!” teriaknya
“AAAAAAAAA~~~!!!” Aku berpura-pura terkena dan terkapar di atas ranjangnya.
Kami pun tertawa menikmati perpisahan sore itu, waktu akan semakin cepat berlalu, dan keadaan akan berubah. Jill bukan kakakku lagi saat ini, dia adalah wanita yang sangat kucintai, dan calon istriku. Jadi kami perlu menyiapkan diri serta mengenal diri masing-masing, karena untuk menikah tak hanya cinta yang diperlukan.
To Be Continue