Fanfiction Lover Boy Part 8 Series
Author : Ayuna Kusuma
Tersadar, aku melihat Naemi menangis disampingku, wajahnya yang cantik itu tak ia tutup dengan masker pororo kesukaanku. Lalu aku melihat disekeliling, ruangan ini bercat hijau dan bau obat-obatan menyadarkanku lebih lagi. Aku sedang dirumah sakit.
Kuangkat tanganku, ada jarum ditanganku, menusuk kedalam kulit. Oh… tidak sepertinya jantungku yang membuatku harus diopname seperti ini.
“oppa… kau sudah bangun… ?” Tanya Naemi. Dasar bodoh, aku sudah bangun dari tadi kau malah baru sadar.
“Hmm…”
“Oppaaaaaaaaaaaaaaaa~!!!! Oppaa salanghae… jangan pingsan lagi ya… hum?” Naemi memelukku lagi, membuat jantungku berdegub kencang dan kepalaku sekarang jadi pening.
Tiba-tiba dokter mengelilingiku dengan para susternya. Mereka semua memeriksa jantungku dan menyuntikkan cairan ke infus,
“Pasien ini, harus segera ditolong, tuan, apakah kau mau cangkok jantung? Jantungmu akan rusak kalau kau berdegub begitu kencang seperti itu, bagaimana?”
Aku yang sudah merasa tenang menjawabnya “Dokter, aku tak perlu cangkok jantung, cukup jauhkan wanita itu dariku, bisa?”
“Mwoo?” dokter itu terheran-heran dengan jawabanku.
“Aku punya penyakit Caligynephobia, aku phobia wanita cantik, NAEMI~!! Berikan surat dokter Joungho padanya” Aku membentak
Naemi, ia terlihat sangat takut padaku. Diberikannya surat dokter, lalu dokter yang sok tahu itu mengangguk-anggukan kepalanya.
“oh… oh… jadi tidak masalah, kau hanya harus berpisah dan menjauh dari gadis cantik, baik tuan, silahkan beristirahat dulu, semua biaya sudah dibayar kekasihmu ini, jangan menjauh darinya kalau menurutku, perbaiki pikiranmu saja tentang wanita cantik okey? Semua penyakit hanya ada di pemikiran”
“hmmmm” jawabku tak tertarik, bagaimana dia bisa bilang seperti itu, aku tak memikirkan apapun bisa langsung sakit kalau melihat gadis secantik Naemi atau lainnya.
Naemi menjauh dari tempat tidurku, kulihat dia bersandar di dinding kamar tapi masih melihatku, maskernya sudah dia pakai.
“Oppa…. Apakah kau baik-baik saja?” teriaknya
“Haiiissh… mendekatlah, jangan seperti itu, ini rumah sakit, jangan teriak-teriak”
“Oppa….. kalau aku dekat denganmu, kau akan semakin sakit. Dan… kau akan mati Huaaaaaa.. oppa… mengapa kau menyedihkan sekali… huaaaaa” Naemi menangis terisak-isak, ia melepas maskernya dan menghapus air matanya. Apa yang bisa kuperbuat? Aku hanya bisa diam saja, kalau aku menenangkannya aku akan semakin sakit
“Oppa….. huaaa….. kenapa kau harus sakit seperti itu… huks huks… padahal kau cinta pertamaku oppa… hufft… aku akan mencintaimu dari jarak jauh oppa… agar kau tidak mati”
“Huuusss… sini, mendekatlah, aku tidak akan mati secepat itu” kataku sambil memanggilnya
“hmmm huks huks tidak mau oppa, kau akan semakin sakit, aku memelukmu begitu saja jantungmu sudah sakit” kata Naemi sambil menghindar lebih jauh, sekarang ia bersandar di jendela ruangan ini.
“Apa kau tak percaya padaku? Cepat mendekatlah bantu aku minum, aku ingin minum…”
“hmmm”
“CEPAT atau aku mati kehausan ARRA?” Bentakku
“Ah.. yeyeye” Naemi berlari mendekat padaku, ia menyuapiku susu dengan sendok, sangat perhatian, aku mulai menyukai caranya membuatku mencintainya
“hmm.. Naemi, aku tak bisa mati semudah itu, dokter itu hanya mendramatisir masalah, agar ia bisa menjual robot jantungnya”
“ooo… “ naemi mengupas jeruk dan menyuapiku.
“hmmm enak sekali jeruknya, kau juga harus makan, buka maskermu” kataku, dia membuka maskernya, aku menyuapinya aku bisa merasakan pipinya yang basah karena air mata.
“hmmm benar oppa, jeruknya enak sekali, aku harus meminta lagi pada suster nanti” Aishshh… ternyata sifat gilanya belum hilang juga
“aku tak akan mati kalau kau hanya memelukku Naemi”
“Tapi tadi siang saat aku menciummu, kau langsung pingsan dan aku membawamu ke rumah sakit ini, aku takut kalau apapun yang kulakukan akan membuatmu menderita, apakah kita harus berpisah saja?” mendengar kata Naemi aku merasakan sebuah hal yang aneh. Aku tak ingin kehilangan Naemi, aku malah ingin selalu dekat di sisinya walaupun jantungku sakit itu tak masalah, walaupun aku harus memuntahkan isi perutku aku taka pa-apa. Tapi jangan berpisah dengan Naemi.
Aku menggenggam tangannya “Jangan” kataku singkat
“Jangan?” Tanya Naemi dengan tatapan penasaran
“Jangan berpisah denganku, karna aku mulai mencintaimu, kau tak mau kehilangan orang sepertiku kan? Kalau kau ingin memelukku, bilang padaku sebelumnya aku akan memejamkan mataku, kalau kau ingin menciumku, bilang padaku, aku akan pejamkan mataku. Otthe?” Naemi melepaskan genggamanku, dan dia mulai loncat-loncat, berteriak teriak menari-nari seperti orang gila.
“OPPA~~~~~~~~!! Benarkah kau mencintaiku ha? Ha? HA??????”
“iya” jawabku singkat
“AHHHHHHHHHHHHHHHHH……….. Oppa tutup matamu” Katanya, aku menutup mataku dan aku bisa merasakan Naemi sedang menciumku, lalu memelukku.
“Oppa…. Buka matamu hihihi… bagaimana rasanya?”
“Cumi bakar”
“Ahhhhhhhh bukan itu….. bagaimana rasanya dicium gadis cantik hah?”
“Rasa? Aku hanya merasakan cumi bakar”
“Oppa~~~~~~!!!” tanpa aba-aba Naemi memelukku, tapi aku hanya sedikit merasakan sakit di jantungku.
“Naemi… lepaskan pelukanmu, jantungku sakit”
“ooh… mianhae… oppa”
“Sepertinya kita akan menginap di rumah sakit ini”
“Hihihihi….” Naemi tertawa kecil sambil melihatku.
“Apa yang kau pikirkan ha? Hehehe”
“Oppa…. Berarti kita tidur satu kamar~~~~!! Benarkah????? Wahhhhhhh aku sangat bahagia hari ini, bisa punya kekasih seorang fotografer yang sering muncul di tv, dan bisa sekamar dengannya wahhhhhhh” Naemi berteriak sambil menari-nari. Tingkahnya membuatku sedikit geli
“Bukan berarti kau tidur denganku, tidurlah dilantai” kataku
“Ommo~!!!”
“Aku pasien dan kau hanya pengunjung, jadi kau harus tidur dibawah otthe?”
“hmmm tapi aku wanita oppa…. Dan kau pria, kau yang harus mengalah”
“MWOOOOO~~!! Lihatlah aku. HAH. Aku seperti ini karna kau”
“okey oppa… aku akan tidur dibawah”
“nah begitu… hehehehe”
***
Semalaman kami bercerita tentang masing-masing keluarga, Naemi ternyata anak tunggal dari keluarga kaya yang tinggal di Pohang, dan pekerjaannya adalah melukis lalu menjualnya di berbagai galeri, maka dari itu ia memiliki banyak uang di dompetnya. Aku harus melindunginya karena sekarang ia adalah kekasihku.
Kulihat naemi tidur di bawah ranjang rumah sakit, dia tertidur sangat pulas, tapi aku melihatnya menggigil, dan menutup mukanya dengan jaket tebal. Sedikit kasihan, bagaimana kalau dia sakit? Ah aku akan semakin repot.
“Ssst… Naemi… ssst…” panggilku.
“huammm…” Naemi hanya berubah posisi tidur.
“Naemi… Nae… mi… sssst…… hei… ayo bangun” aku mencolek-colek punggungnya.
“Wae… wae oppa?.. hum?” Akhirnya dia terbangun
“Naemi, ayo tidurlah disebelahku, kau akan menggigil kedinginan dan sakit flu kalau tidur di lantai
“WOA…”
“Sssst… “ Naemi hampir saja menggemparkan rumah sakit ditengah malam dengan teriakannya.
“Ssst…. Hihihi” Ia pindah ke sampingku.
“Pakai selimut ini, hmmm bagaimana? Sudah hangat?”
“Hmmm sangat nyaman Oppa… terima kasih” kata Naemi sambil menggenggam tanganku, lalu ia membuatku memeluknya.
Sepertinya malam ini menjadi malam yang begitu hangat.
Kubenarkan letak masker pororo Naemi, lalu aku tidur sambil memeluknya malam ini. Salanghae Naemi… Semoga besok kita segera sampai ke Pohang, aku akan menyembuhkan penyakitku dan kita bisa leluasa bersama.
To Be Continue.