Author : Ayuna Kusuma
Maincast : Suga, Jin and You
Genre : Flash Love
"Annyeong Nuna...." kata suga sambil melambaikan tangannya. Pagi ini, ia berhasil membuatku melambung tinggi layaknya seorang bidadari yang ingin kembali kekayangan. Dengan kata-katanya itu dia berhasil membuatku melayang. Berpisah dengannya membuatku kembali berpikir mengenai Jin dan Manji.
Sesegera mungkin aku masuk ke dalam sekolah, untung saja banyak guru yang berjaga di depan gerbang sekolah. Setidaknya mereka bisa menghalangi murid berotak kriminal bertindak seenaknya sendiri di sekolah.
"Nuna!!......" sepertinya aku kenal suara itu, tapi aku tak berani berpaling ke belakang. Kupercepat langkahku
"Hei... kau dipanggil temanmu..." kata seorang guru yang berpapasan denganku.
"Ye..." gumamku, aku terus saja berjalan, tak peduli dengan orang yang memanggil-manggilku sedari tadi.
"NUNAAAAAAAA!!!!!! YAAAAAA!!! Apa kau tuli HAH!!" seseorang menarikku ke belakang, hampir saja aku terjatuh, tapi pria yang ternyata Jin, malaikat mautku itu menahanku agar tak terjatuh.
"Apa kau tuli HAH!! Berhenti membuatku seperti pabo... Hass..." kata Jin, ia melemparkan tanganku begitu keras hingga aku terjatuh ke belakang. Dasar pria aneh, semenit yang lalu ia menahanku agar tak jatuh, sekarang ia menjatuhkanku.
"AuWWW...." keluhku, telapak tanganku tergores batu taman yang ditata rapi disebelah jalan setapak.
"Auww... auwww... Huh... Jangan berpura-pura... jatuh seperti itu saja kau sudah mengeluh..." Jin berjongkok, dan mendekatkan wajahnya yang seram padaku. Tatapannya yang penuh ancaman, bisa membuatku menangis ketakutan saat ini. Tapi aku tak mau menunjukkan kalau sebenarnya aku lemah.
"YAAAA!! Nuna Ya..... Semalam... kau benar-benar membuatku marah... haaah... Bukannya kau membela teman yang satu sekolah denganmu... tapi kau malah membela Suga dan para pecundang itu... Kau tau... Suga dan teman-temannya tiga hari yang lalu sudah membuat Bunchong teman sekelasmu masuk rumah sakit... apa kau tahu itu?? APA KAU TAK PUNYA HATI HAH!!!"
"Andwae.... aku tak tahu masalah itu... Mianhae... Tapi kalian akan membunuh Suga... kalian akan mendapatkan hukuman yang..."
"YANG APA!! HAH!!! Kau pikir kau selalu benar HAH!!... haisss.... kalau saja waktu itu... aku bisa menusuk Suga... dan membuatnya masuk rumah sakit... semuanya akan impas..."
"Tapi bagaimana kalau dia mati hah?!!" bentakku penuh emosi, tak akan kubiarkan Jin melukai Suga yang sudah menjadi bagian dari ceritaku.
"MWOO!! AKU TAK MUNGKIN MAU membunuhnya.... hass....kau memang bodoh Nuna... kau satu tahun diatasku... tapi kau lebih bodoh dariku...Aku sudah bilang pada Manji kalau aku yang akan memberikanmu hukuman..."
"WAE!!!! gangster pabo.. kalian bisanya menghukum yang lemah... apa sebenarnya dasarnya menghukumku hah??" Jin yang semula sudah mereda, mendengar kata-kataku ia kembali meluapkan emosinya.
Tangannya mencengkram pipiku, sakit sekali rasanya, pipiku semakin memerah, dan Jin pun tertawa melihat wajahku yang dia mainkan.
"Heehe... Nuna... kau harusnya berterima kasih aku tak bersikap buruk padamu... Ah... aku ingat sekarang... semalam... apa saja yang kau bicarakan dengan Suga?"
"Ahmmmdwe..."
"Hah?"
"hyaaaaaa... leepassskan..." kataku sambil mencoba mencubit lengan Jin. merasa kesakitan ia pun melepaskan cengkramannya di pipiku.
"Aigooo... tega sekali kau... aigoo... pipiku sakit... Yaaa... Jin... Apa urusanmu ingin tahu apa yang kubicarakan dengan Suga hah?? Ha?? HAAAAAA?? Dasar pria penyiksa!!" tak mau kalah, akupun memukuli jin dengan tasku yang penuh dengan buku.
"YAAAAAAAAAA!!!!!!!! PABO NUNA!!!!!!!... KAU INGIN MATI HAH!!!" bentak Jin. Tangannya sudah mecengkram tanganku, kucoba memukul wajahnya, tapi tangannya yang satu lagi menghalangi tanganku.
"Nuna... aku juga merasa aneh... sebenarnya apa yang kau inginkan dengan memukulku seperti tadi??"
"Kau!!... berani-beraninya melukai pipiku!!.. dan kau berani mengancam akan melukai Suga!!... aku tak akan biarkan itu!!"
"Nuna... apa Suga sudah membuatmu tertarik dengannya? Kalau kau tertarik dengannya... kau salah orang Nuna... Suga jauh dari apa yang kau pikirkan... Aku akan tetap mengawasimu... kalau kau tetap membela pria brengsek itu... siapkan dirimu untuk terluka karenanya" Jin melepaskan cengkramannya, dan berlalu meninggalkanku yang masih terluka, baik pipiku, juga hatiku.
***
Pelajaran terakhir hari ini adalah melukis. sepuluh menit lagi sekolah akan berakhir. Hari ini tak ada kelas malam, guru kami terkena flu akut, jadi kami bebas setengah hari. Tidak seperti biasanya, murid-murid di kelas sebelah berteriak-teriak histeris.
"OMMOOONAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!" Teriak Boojung yang duduk di samping jendela. "YAAAAAAAA SIAPA DIA!! EOH!! tampan sekaliiiiiiiiii!!" teriaknya sekali lagi. Beberapa murid mencoba mendekati Boojung dan mereka saling berteriak-teriak.
"YAAAAAAA... NUNA!!! Dia memanggil NUNA!!! Yaaaaaaaa Siapa yang kenal dengan pria itu EOH!!!"
"OMMOOOOOO!!! NUNA SALANGHAE!!???? YAAAAAA Boojung kau kenal dengannya??"
"Annioo... aku belum pernah melihat pria setampan itu.
Penasaran dengan pembicaraan mereka, aku mencoba mendekati jendela. Suga, sudah berada di taman pasir. Ia menuliskan NUNA SALANGHAE. dan melambaikan tangan ke seluruh penjuru.
Kata-kata Jin ada benarnya juga, Suga tak ingin tahu namaku, karena ia tak ingin hanya mengingat satu nama, ia tak ingin tahu namaku, karena takut salah memanggilku, karena itu ia memanggilku Nuna.
Tingggg Tooong Tinggg Tooonggg.... suara bel berbunyi berkali-kali menandakan sekolah sudah berakhir. Semua murid bergegas keluar dari ruangan. murid perempuan rupa-rupanya berlomba berlari menuju halaman pasir mendatangi suga yang berteriak-teriak tak jelas.
Kubuka jendela kelas, dan kuamati apa yang ia inginkan.
"nuna jib-e gat-i gaja .!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! NUNA!!!!! nuna jib-e gat-i gaja .!!!!!!!!!" Teriaknya sambil tertawa. Dari kejauhan aku bisa melihat senyumnya yang semanis coklat. Tapi mengingat kata-kata Jin, aku tak ingin terlalu merasakan bahagia.
Suga memang sepertinya ada bibit pria brengsek. Buktinya kemarin, mengapa secepat itu memepercayakan kepalanya tidur dipundakku?, dan mengapa secepat itu mau mengantarkanku ke sekolah, menjemputku. Hasss... pikiranku semakin kacau.
Murid perempuan sudah mengelilingi Suga yang berteriak-teriak, pria tampan itu mengelilingi lingkaran murid perempuan, dan sepertinya ia sedang mencariku. Tapi ia tak menemukanku.
"NUNAAAAAAAA!!! DIMANA KAU!!!!!! nuna jib-e gat-i gaja .!!!! EOH!!"
"YAAAAAAAA!!! KAU!!! Berani sekali kau berteriak di sekolahku HAH!!!" Teriak Jin dari seberang halaman. Kulihat ia bersama Manji dan beberapa temannya menghampiri suga.
Kilauan cahaya yang dipantulkan pisau Manji, menyadarkanku kalau Suga sedang dalam masalah besar. Lalu siapa kini yang bisa kupercaya? Suga atau Jin? Tapi Suga... aku tak ingin ia terluka seperti kemarin. Bisakah seorang pria menghentikan hasratnya untuk berkelahi?.
To be continue