Author : Ayuna Kusuma
Maincast : Suga, Jin and You
Genre : Flash Love
"ANDWAEEEEEEEE!!!!!!!!!!" teriakku, sambil menghempaskan tanganku ke wajah Suga yang masih mempertahankan senyumnya, lalu menghilang seperti kabut asap. Sadar, aku telah bermimpi. Peristiwa memalukan itu masih bisa kuingat, saat Suga menyatakan didepan Ibuku kalau ia calon suamiku, lalu saat mengerikan dimana Jin dan Jimin mentertawakanku. Sebenarnya ingin sekali aku menampar Jin dan Jimin, tapi aku tak kuasa, Hanya Suga yang bisa menjadi pelampiasan malunya diriku.
"Pulanglah... Army... terima kasih sudah memberikan lelucon di hari pertunangan kami... antarkan calon suamimu pulang... kasihan dia kau tampar berkali-kali... HAHAHAHAHAHAHA" itulah kata pengusiran yang sangat menyinggung hatiku, dan kata-kata itu keluar dari mulut ibuku sendiri.
Suga yang kedua pipinya memerah, kutuntun langkahnya, ia terlalu pusing malam itu, bagaimana tidak, ia sudah menerima dua pukulan tepat di pipinya, pukulan yang super menyakitkan dari tasku.
Mulai malam itu, perasaanku bercampur aduk, aku tak ingin bertemu lagi dengan ibuku, apapun alasannya, aku tak ingin mengetuk hatiku untuk menemuinya.
Kedua, aku memikirkan, bagaimana statusku? bagaimana nasibku nanti kalau Jin dan Manji atau Jimin yang berandalan itu jadi suadara tiriku?. Aku akan menjadi orang yang paling tersiksa disaat itu datang.
Lalu... apakah aku harus menjadikan Suga yang mengaku benar-benar cinta padaku, untuk menjadi suamiku? Agar ia bisa melindungiku?, Suga, pria itu, mungkin otaknya sudah error karena banyak membaca ramalan tak jelas. Yang pasti aku tak mau punya kekasih apalagi menikah dengan pria seperti Suga.
"SUGAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!.. awas kau kalau bertemu denganku... akan ku.."
"Annyeonghaseyoo... kau mencariku? hehee" kupikir aku masih bermimpi, barusan kudengar suara Suga.
"OMMO!!" Segera kubuka jendela dan menyeret suga masuk ke dalam kamar. Ternyata ia memang nyata, berada di sampingku, aku tak sedang bermimpi kali ini, haruskah kutampar ia sekali lagi?.
"Gomawoo hehe... kau sudah siap pergi ke sekolah bersamaku?"
"Yaaaaaa... Suga ya.... kau bodoh atau tolol hah!! Pelindung mesin ac punyaku akan jadi rongsokkan kalau kau selalu mendudukinya seperti itu!!... lagipula... huh... bagaimana caramu naik kesitu?"
"Sudah pukul enam... kau harus bersiap-siap... mandilah... kutunggu disini..."
"MWOO!!! Kau pikir kau ini siapa hah!! Keluar!! Akan kuadukan pada Ayahku!!"
"Weeekss... aku tahu... Ayahmu tak ada dirumah... sepuluh menit yang lalu beliau pergi ke kantor hihihi.... sekarang hanya aku yang bisa melindungimu... Kajja!!! Aku akan menunggumu disini..."
"Ya.... Sugaaaaaaaaaa......!!! JANGAN MEMBUATKU PUSING EOH!!!"
"Ah... kalau ke dapur jangan lupa bawa ini... aku sudah membelikan kue bulan 3 pak..." kata Suga sambil memberikan satu kantong plastik yang disembunyikannya di tasnya.
"Hmmm..."
"Kenapa? kau merasa bersalah karena memarahiku? karena menamparku berkali-kali semalam? hehe..." benar yang dikatakan Suga, saat ini aku sangat merasa bersalah padanya.
"Ye.... Mianhae... kau ternyata bisa memegang janjimu... gomawo untuk kue bulannya..."
"Kajja... mandilah... aku tak akan mengganggumu..." Suga mendekati meja belajarku, lalu membuka tasku, ia memasukkan buku-buku yang harus kubawa pagi ini, sepertinya ia tahu apa yang sebenarnya aku perlukan.
"Suga... apa yang kau lakukan?"
"Bisa kau lihat kan? Aku memasukkan bukumu ke tas..." jawab Suga, sambil memamerkan senyumannya padaku. Entah mengapa, jawabannya itu membuatku sedikit percaya, kalau ia memang jodohku yang sebenarnya.
***
Jin, Manji dan beberapa teman se gang nya menunggu aku dan Suga di pintu gerbang. Mereka kulihat lebih sadis dari sekedar guru. Ada pemukul kasti di setiap tangan kiri mereka.
Aku menunggu Suga memparkirkan mobilnya, Suga tampak biasa saja melihat ancaman Jin dan Manji. Ia mengambil tanganku yang mulai melemas dan melingkarkannya ke lengannya.
"Jangan takut... aku akan melindungimu..." kata Suga sambil memulai langkahnya bersamaku di sampingnya.
"SUGA!!!! BERANI KAU MAJU SELANGKAH!! AKU akan memukulmu satu kali!!" teriak Jin.
"Terserah kau saja..." Balas Suga, kami masih berjalan mendekati gerbang, Jin dan Manji mungkin bisa melihat kakiku yang gemetaran kali ini.
"TOTAL kau melangkah 20 langkah!... PPALLIWAAAA!!!" Teriak Manji. Sekitar lima orang berlari menuju kami, dan secepat kilat Suga memelukku, dan menundukkan tubuhku, lalu melindungiku dari pukulan mereka yang membabi buta.
"GEUMANNE!!! Sudah 20 Kali... Tapi kami beri bonus 30 kali AHAHAHAHAHAHA! Jangan harap kau akan aman sekolah di tempatku SUGA!! Dan kau ARMY!! Aku tak akan rela bersaudara denganmu!!! dasar gadis aneh!! HAHAHAHAHA......" tawa Jin kulihat begitu memperlihatkan kepuasan. Manji menyusul kakaknya masuk ke sekolah.
Sedangkan Suga, walaupun kepalanya berdarah, aku masih bisa melihat senyumannya secerah tadi pagi.
"Suga...." gumamku, ada secercah kekhawatiran yang mengusik hatiku, setelah darah dari kepala Suga menetes di pipiku.
"Kajja... bangun... kau tak terluka kan?..." kata Suga, membantu aku untuk bangkit.
"Suga... kau berdarah... bagaimana ini?"
"Kekhawatiranmu... bisa menyembuhkan lukaku... Army... Salanghaeyo... di sekolah... jangan pernah pedulikan mereka... kita harus lulus dengan nilai terbaik... sehingga kau dan aku bisa cepat menggapai apa yang kita inginkan... Jangan takut pada mereka... karena ada aku di sisimu... apakah kau bahagia sekarang? Army?" kata Suga sambil menuntunku masuk ke dalam sekolah, padahal harusnya aku yang melakukan hal itu padanya. Bodohnya aku...
To be continue