Flash Story : Shit Down
Author : Ayuna Kusuma
"Sebelum/Sesudah membaca Fanfiction ini, budayakan share, Like, dan komentar. Terima kasih atas dukungannya"
Chapter Six :
Nakata Side :
Malam telah larut, tapi Yoshi tetap saja tak inginkan aku pergi, ini hari kedua aku kencan dengannya, sesuai perjanjian semula, demi memberikan pengalaman yang indah untuk Yoshi sebelum meninggal, aku harus berkencan dengannya. Sisa empat hari lagi, setelah itu aku bisa lepas dari Yoshi, walaupun Yoshi tak jadi meninggal seperti yang ditetapkan dokternya.
"Nakata... tetaplah disini... aku takut sendirian..." kata Yoshi sambil melingkarkan lengannya ke lenganku, lalu menyandarkan kepalanya di bahuku yang sudah mulai lelah menjadi sandarannya seharian.
"Yoshi... kau tak bisa menahanku selama ini... aku hanya ingin membantumu... tapi kalau kau menuntutku selalu bersamamu seperti ini... aku tak bisa menuruti semua keinginanmu... ada seseorang yang pasti menunggu sekarang... tidurlah... ibumu pasti mencarimu... besok kita bertemu lagi..." Kucoba melepas lengan Yoshi dari lenganku, tapi pelukannya semakin erat, membuatku sesak dan sedikit risih.
"Chigau!.... kau harus bersamaku... aku tak bisa hidup tanpamu Nakata..."
"Yoshi... aku juga tak bisa hidup tanpa orang yang menungguku saat ini... kumohon... mengertilah..."
"Apa yang kau maksud Dokter Nanako? apakah kalian saling mencintai?..."
Aku hanya bisa mengangguk menyetujui prasangkanya, benar sekali Yoshi, kami berdua memang saling mencintai, dan kau tak bisa seenaknya menahanku.
"Nakata...apa... apa kau GILA !!! hah... Dokter Nanako kakakmu... kau tak bisa seenaknya mencintai kakakmu sendiri... kalian saudara kandung... bagaimana bisa... Oh...!!" Yoshi pun melepaskan pelukannya.
"Kau salah Yoshi... aku dan Nanako tak pernah terikat tali persaudaraan, walaupun orang tua kami menikah, dalam hukum negara, kami masih bisa menikah. karena kami sama sekali tak pernah terjalin hubungan darah.... Kumohon mengertilah... aku hanya membantumu, pura-pura berkencan denganmu selama seminggu agar kau bahagia nantinya... tapi kau tak bisa begitu saja menahanku seperti ini.."
"Nakata.... tapi aku...." Aku pun bangkit dari bangku di taman, tak mau lagi mendengar penjelasan Yoshi yang sering sekali terlalu egois, kutinggalkan ia disana sendiri, dan kucoba tak mendengar semua teriakannya.
Kulihat handphoneku yang selama seharian ini kusimpan di saku jaket, inboxku penuh dengan pesan Nanako,
"Jangan lupa minum obatnya..."
"Angin sedang berhembus kencang siang ini, jangan lupa jaketmu Nakata, hati-hati, jaga Yoshi"
"Kau sudah makan siang? jangan makan yang mengandung gula... jaga kesehatanmu"
"Nakata.... Sore ini akan ada hujan... jangan keluar saat hujan..."
dan banyak lagi pesan, semua yang ia kirimkan ke inboxku menandakan ia sebenarnya cemburu pada Yoshi, ia ingin lebih memperhatikanku, Nanako ingin mengingatkan kalau ia mencintaiku.
"Kutunggu kau di rumah... jangan pulang terlalu malam, ibu mencarimu... ia mulai mengkhawatirkanmu Nakata..." itulah pesan Nanako yang terakhir.
***
Bis terakhir malam ini hanya aku yang menggunakannya, supir bis yang masih semangat meluncurkan bisnya di tengah malam, selalu mendendangkan lagu Jepang tempo dulu, satu persatu memori itu hadir di benakku.
Bagaimana sikapku yang sedikit kasar pada Yoshi, gadis yang sama sekali tak bisa dibilang beruntung hidup di dunia ini. Bagaimana bisa aku bersikap seperti itu padanya, padahal waktunya hidup di dunia ini tak lama lagi. Tapi ingatanku berakhir pada senyum Nanako, aku tak mungkin bisa menghianati cinta sejatiku.
Aku tak bisa meninggalkan Nanako yang sudah berpuluh tahun yang lalu aku mencintainya bukan sebagai kakakku. Tapi bagaimana bila sikapku pada Yoshi membuat Nanako bersikap kasar padaku, seperti ada karma antara kami bertiga.
Nanako.... tak mungkin melukaiku.
Hanya itu yang bisa mengakhiri pikiranku malam ini, dan Yoshi pun tak akan bisa menyakitiku, pria yang sudah membuatnya bahagia, pria yang sudah merelakan waktunya hanya untuk gadis yang baru dikenalnya.
"Kau turun di halte di depan kan?"
"Kyō wa i!"
Bis pun berhenti,
"Dōmo arigatōgozaimashita" kataku sambil melambai pada pak tua sopir bis tengah malam.
"Hai... Chūi shite kudasai" gumam pak tua ramah, sambil menutup pintu bis.
"Nakata!!!" panggil seseorang di belakangku, aku bisa mengenali siapa yang berlari mendekat dari belakang, setelah kubalikkan badanku, benar seperti dugaanku, Nanako berlari ke arahku, ia semakin cantik bila rambutnya yang pancang di kuncir dua, dengan jaket warna pink ia seperti bersinar di tengah malam yang kelam seperti saat ini.
"Nakata... ada apa? apa ada yang salah dengan penampilanku?" tanya Nanako sambil berputar layaknya seorang putri raja yang ingin memerkan gaunnya.
"Ie... Kau terlihat cantik... sedang apa disini? bukankah kau harus tidur...? ini sudah tengah malam.. besok hari Kamis, kau ada jadwal operasi kan?"
"Hmmm... itulah sebabnya... aku ingin penyegaran pikiran... hehehe"
"Begitu... Benarkah ibu mencariku?"
"Iya... ia mencarimu untuk memarahimu... Nakata... kalau aku punya permintaan... maukah kau berusaha mewujudkannya?" tanya Nanako sambil menggapai tanganku.
"Apapun yang kau minta... aku akan berusaha Nanako..."
"Belikan aku ice cream... Okonomiyaki... malam ini... berkencanlah denganku... Yoshi, gadis yang tak kau kenal saja, kau berikan ia kebahagiaan... apalagi aku... wanita yang selama ini kau cintai... maukah kau berkencan denganku?... setidaknya malam ini saja... setidaknya... belikan aku ice cream atau okonomiyaki... setidaknya...." Entah mengapa, aku tak ingin ia mengatakan apa-apa lagi, aku tahu mengetahui aku berkencan dengan Yoshi adalah hal yang menyakitkan bagi Nanako. Tak banyak bicara lagi, kucium bibirnya yang lembut, dari tatapan matanya kutahu kesedihan itu sirna seketika.
"Sā! kita beli ice cream dan okonomiyaki kesukaanmu" kubawa Nanako berlari ditengah malam yang semakin sunyi. Senyuman manis itu kembali kulihat, Nanako berlari di sampingku sambil terus mempertahankan senyumannya hanya untukku. Apapun keadaannya kami akan berusaha selalu merasa bahagia.
To be continue