Author : - Kusuma (Yun)
in my web : -/
Genre : Romance. Parody. Sadly
maincast :
Woohyun : Woohyun INFINITE
Gadis Cantik dan Bodoh/ Nae Mi : Minah Girl's Day
Terhitung 5 kilo perjalananku dengan Naemi memakai sepeda gunung yang aku sewa didekat stasiun. Kakiku terasa sangat panas, lututku hampir kram, badan Naemi yang berat membuatku menderita. Sedangkan Naemi terus saja menyanyi, menari dan menikmati suasana.
“Hyaaaaakkk…. Naemi… aku sudah lelah” kataku sambil menghentikan laju sepeda
“Oppa… ayo cepat… jangan berhenti….”
“Lihatlah kakiku…” keluhku sambil memijat lututku yang hampir kram.
“Oppa… jangan berhenti mengayuh… “
“HYAAAAK… lihatlah… rodanya bocor, turunlah sebentar, aigoo… pantas kau terasa sangat berat” Aku memeriksa roda sepeda, ternyata besar sekali, kulihat ke sekililing tidak ada bengkel yang bisa memperbaiki sepeda ini. Pangkalan sepeda pun aangat jauh.
“Naemi… ayo cepat turun… kita berhenti dulu, arra? Aku sangat lelah” Naemi masih duduk diatas sepeda, ia menatapku dengan sinis
“Aku tak mau oppa… aku juga lelah berjalan… ayo kayuh lagi…” Ia terlihat kembali kekanak-kanakan dan manja. Sebal sekali aku menghadapinya. Kulepas tanganku yang sedari tadi menahan sepeda agar tidak jatuh.
“Oppa~~~~~~~~~!!! Tolong akuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu” tak sadar apa yang aku lakukan, aku membiarkan naemi masih duduk diatas sepeda, dan melepaskannya pas di tanjakan. Sepeda yang dinaiki Naemi pun meluncur mundur. Aku berlari menyusulnya.
“OPPAAAAAAAAAAAAAAAAA~~~~~~~!! AH~~~~~~~~~~!!!!”
BRAAAKKKKZZZ… Naemi jatuh tertimpa sepeda.
“NAEMI~~~~~~~~!!!” Kupercepat lariku, Naemi menangis sambil memegang kakinya.
“Oppa…. Huks huks”
“Naemi.. Naemi… kau tidak apa? Huh? Mana yang sakit? Ada yang luka?”
“Kakiku…… oaaaaah… oppa jahat… aku tidak bisa bersepeda mengapa kau membiarkan aku meluncur begitu saja…”
“Naemi… mianhae.. mianhae nae salang…”
“Ye… oppa… kaki ku sakit huks huks”
“Coba kulihat… “ sepatu naemi berdarah, aku membukanya dengan hati-hati “Apakah sakit?”
“Andwee.. huks”
“Naemi… kulitmu terkelupas, apakah kau bisa jalan?”
“Bisa… oppa…” Naemi mencoba berdiri, tapi ia terjatuh lemas.
“Ayo aku gendong…”
“Andweee… katamu kakimu juga sakit, aku harus bisa berjalan sendiri.. auww…”
“Okey… duduklah disini sebentar” Kataku sambil mengangkat tubuhnya. “Jaga barang-barang kita okey… aku akan pergi mencari obat”
Siang yang begitu panas menyengat, aku harus cepat-cepat mencari toko obat, beberapa kali keliling blok aku mendapati toko obat dan disebrangnya ada toko sepatu. Ah… kebetulan sekali.
Aku membelikan perban, ramuan penyembuh luka rekomendasi apoteker, dan membelikan 2 pasang sepatu dengan mode dan warna yang sama. Berlari berlari berlari… , semoga Naemi tidak marah padaku, karena terlalu lama meninggalkannya.
Naemi masih duduk ditempatnya tadi. Rupanya dia terlalu kesakitan hingga tidak bisa bergerak terlalu banyak.
“oppa……” sapa Naemi sambil mengusap air matanya.
“maaf aku terlalu lama. Ini minumlah, aku membeli susu untukmu, kau pasti haus”
“Hummm…” Saat Naemi meminum susunya, aku langsung membuka sepatunya dengan cepat, membasuh luka nya dengan alcohol dan membalutnya dengan ramuan, lalu menutupnya dengan perban. Naemi sama sekali tidak mengeluh.
“Oppa… itu bungkusan apa?”
“Hmmm… sebentar… “ kataku sambil membuang sepatu Naemi yang lama dan sepatuku yang sudah buruk rupa.
“Ini sepatu untuk kita berdua. Bagaimana? Serasi kan?”
“ommo… kau baik sekali oppa…”
“Hehehehe… ini ganti kaos yang kau belikan untukku” aku memakaikan sepatu ke kaki Naemi yang luka, ia pun tak menangis seperti tadi.
“Oppa… aku memberimu, bukan berarti aku ingin meminta imbalan.”
“ye… arraso..”
“hummm… aku tak menyangka akan seperti ini…”
“Wae…?”
“aku tak menyangka aku bisa memiliki kekasih seorang fotografer terkenal, dia tampan, suka dengan gadis gila sepertiku, dan yang terpenting dia selalu bisa menerimaku, bahkan mengobatiku”
“Hmmm… kau membuatku malu saja, ayo kita lanjutkan perjalanan ke rumahmu”
“Oppa… apakah kau akan bersamaku nanti kalau kau sudah di rumahku”
“tentu saja… memangnya ada apa?”
“Apakah kau mau melanjutkan hubungan ini dengan gadis gila sepertiku?”
“Hmm.. tentu saja, hehehe akupun sudah gila karnamu, jadi apa masalahnya?”
“Andwee…”
“hmmmm… ayo ku gendong”
“anni… aku tak ingin membuatmu sakit” kata Naemi, dia berjalan di depanku, walaupun dengan kaki yang luka. Aku semakin mengerti, sebenarnya Naemi bukan gadis yang aneh, hanya saja, dia ingin sebuah kebebasan, kebebasan mengutarakan sesuatu. Berpendapat. Mengatakan cinta. Bahkan dia sangat bebas untuk menolak dan menerima.
4 hari aku bersamanya… cinta itupun muncul sedikit demi sedikit dalam hatiku. Dan penyakitku yang terlalu aneh ini, menghilang sedikit demi sedikit. Naemilah malaikatku, bukan Sung Ji Roh.
***
“Oppa… itu adalah rumahku” kata Naemi sambil menunjuk sebuah rumah yang penuh dengan ornament.
“Itu?” tanyaku terkagum-kagum
“hum… ayo masuk” Naemi menggenggam tanganku dan mengajakku masuk.
Didalam ruang tamu rumah Naemi, aku seperti merasa berada di dunia mimpi, semuanya warna-warni, banyak barang-barang antic dan lukisan-lukisan. Mungkin itu adalah karya kekasihku Naemi.
“Oppa… duduklah disini, aku akan memanggilkan Appa dan Eomma”
“Tidak perlu dipanggil~!!! NAEMI~!! Kau kemana saja hah?” Tanya seorang wanita tua yang berjalan turun dari tangga dan mendekat kearah kami.
“Eomma… aku dari Seoul, menjual lukisanku… “
“Siapa dia?” wanita itu melihat dan meneliti wajahku dengan seksama “Ommo… ommo… kau Hong? Benarkah kau Hong?”
“ha??” aku bertanya pada wanita itu dengan kebingungan,
bagaimana dia bisa mengira aku Hong, siapakah Hong?
“Eomma, dia kekasihku, Woohyun. Nam Woohyun”
“Ommo…. Naemi… kau bertemu dia dimana?”
“Ahjumma, aku Woohyun, kekasih Naemi, kami bertemu di stasiun kereta” kataku sambil mengulurkan tangan.
“Oh… ye ye ye… ah… duduklah… “ Ibu Naemi menyuruhku duduk di sofanya yang berwarna ungu. Aku sepertinya merasakan keanehan di tengah rumah ini.
“Appa~~~~~!! Kemarilah~~~!! Lihatlah siapa yang bersama Naemi~~!!”
“Hooi….” Seorang pria keluar dari ruangan nya di lantai atas. Pria itu memakai baju seperti ayah-ayah lainnya, tapi seluruh tubuhnya banyak noda cat. Oh… mungkin ayah Naemi adalah pelukis, pantas saja, keluarga ini suka seni. Rumahnya penuh dengan lukisan.
“Ada apa?... hum…kau berteriak begitu keras, bumi bisa runtuh kalau mendengar teriakanmu”
“Hehehe” aku tersenyum sedikit mendengar kata-kata pria itu.
“Lihatlah… siapa yang bersama Naemi…”
“Wae…” Pria itu berpaling dan menatapku, wajahnya yang sedari tadi biasa saja, kini berubah menjadi penuh emosi, aku bisa melihat air matanya ingin keluar dari pelupuk matanya yang tertutup kacamata.
“Hong??...”
“Ah……. Sudah… sudah… dia kekasihku, Woohyun, bukan Hong… arra?... appa… ini Woohyun… WOO HYUN” jelas Naemi, ia membelakangiku, tangannya dilebarkan seperti sayap, menghalangi orang tuanya untuk melihatku.
“Eomma, bisakah kau bawa Naemi keatas?”
“Ye…”
“Oppa~~~~!!! Jangan dengarkan dia……..” Ibu Naemi, menyeretnya ke lantai atas, aku mendengar pintu yang dikunci. Ada apa ini sebenarnya, mengapa suasananya menjadi aneh seperti ini.
“Ah… mianhae Woohyun… silahkan duduk, kau darimana? Apakah kau tinggal di Pohang?”
“Hm.. Anni… Ahjussi, aku berasal dari Seoul, ke Pohang ingin mengunjungi seorang teman saja”
“Hmmm. Apakah kau sudah lama kenal dengan Naemi??”
“hmmm hanya 4 hari kami saling mengenal Ahjussi…”
“Dan kalian sudah menjadi sepasang kekasih?”
“Hehehehe… iya… mianhae… tingkah-tingkahnya yang konyol bisa membuatku jatuh cinta saat itu juga”
“hmmm… Woohyun, caramu bicara, gerakgerikmu, sama dengan Hong… Apakah kau pernah melihat Naemi sebelum empat hari itu?”
“Anni… ah mianhae Ahjussi… Siapa itu Hong?”
“Sebelum kau melangkah terlalu jauh dengan Naemi, kau harus tahu sebuah cerita, Hong, adalah tunangan Naemi, dia mirip sekali denganmu, tapi sayangnya, Hong meninggal karena penyakit jantungnya, ia meninggal 3 tahun yang lalu. Naemi tak bisa menerima semua keadaan itu, ia selalu kabur kemana saja ia mau, Naemi bilang akan mencari Hong kemana saja. aku sangat khawatir denganya, dengan keadaan Naemi. Aku menghubungi semua kolega yang ada di seluruh pelosok Korea, agar bisa mengawasi Naemi. Aku sangat bersyukur, tidak ada orang yang menyakiti anakku” Ayah Naemi menghapus air matanya. Ia pun melanjutkan ceritanya.
“2 bulan ini, kolega ku mengatakan kalau Naemi menjual lukisan-lukisannya ke sebuah galeri di Seoul, dan dia selalu pergi kesebuah studio pemotretan setelahnya. Kegiatan seperti itu berlangsung terus menerus, setiap hari ia membuat 10 bahkan 20 lukisan untuk ia jual ke galeri. Sepertinya dia memiliki semangat untuk hidup dan melupakan kekasihnya Hong yang telah meninggalkannya lebih dulu”
“Apa nama Studio yang didatangi Naemi Ahjussi?”
“Baddam Studio” Ommo.. itu tempatku bekerja “2 hari sekali Naemi pergi ke Seoul, setiap malam ia membuat banyak lukisan untuk bisa dijual di galeri Seoul. Woohyun.. apakah kau yang bekerja di Baddam Studio?”
“Ye… Ahjussi”
“Kau tahu… Naemi selalu melihatmu di depan studio, ia menunggu didepan studio sampai kau pulang, kalau kau pulang dia akan pulang. Kalau kau lembur, ia akan lembur memandangimu dari luar studio. Kolegaku mengatakan itu”
“Aku tak pernah merasakan ada yang mengawasiku Ahjussi… benarkah semua ini?”
“Baiklah… tunggu sebentar” Ayah Naemi meninggalkan aku sendirian di ruang tamu.
“OPPA~~~~~!! Oppa~~~~~!! Jangan dengarkan dia… ARRA~~~~!! Oppa SALLANGHAE~~~!!” Aku mendengar Naemi berteriak dan menangis dari lantai atas. Apa yang bisa kulakukan hah? Naemi? Benarkah kau seperti itu?.
“Woohyun… lihatlah foto ini… ini Hong, saat menghadiri kelulusan Naemi, 1 tahun sebelum dia meninggal”
Benar. Aku melihat pria yang memiliki wajah yang hampir mirip denganku, hanya saja apa yang bisa aku lakukan sekarang, apakah Naemi benar-benar gila? Benarkah dia selalu mengawasiku setiap hari didepan studio? Tapi aku begitu mencintainya. Keadaan seperti ini tak bisa membuatku memebencinya, aku semakin mencintainya. Naemi…apakah hatimu begitu sakit menerima semua keadaan ini?
“Woohyun… 2 Dokter mengatakan anakku mengidap gangguan kejiwaan… aku tahu kau mencintainya. Tapi apakah kau sanggup hidup dengannya?”
“Ahjussi… aku sangat mencintainya, Naemi sangat menderita kehilangan Hong, bagaimana aku bisa meninggalkannya begitu saja… sudah pasti… Ahjussi… aku sanggup hidup dengannya, bagaimanapun keadaan Naemi”
To be continue