Fanfiction : Sal-In - Part 1



Author : - Kusuma

Maincast :
Kai Exo K : Ryu
Yoona SNSD : Lee Ji-eun

Genre : Romance

8 Mei 2013 – Daegu

Seorang pria berlari menembus banyak pejalan kaki, menghindari mobil yang hampir saja menabraknya. Tak banyak orang yang tahu, di tangan kiri pria itu menggenggam pistol berkaliber 32. Ia berlari begitu cepat, mengejar waktu.

Sampai di depan sebuah rumah sakit, ia membuka handphone dan berbicara pada orang yang dihubunginya “Jangan… Jangan kau bunuh dia… aku saja yang membunuhnya.. tahan tembakanmu…” Pria itu berlari menuju lift, tapi banyak orang yang bisa mendengar pembicaraannya yang begitu privat dan rahasia.

Tangga darurat adalah pilihan utama, “DIAM~!!! Sudah kukatakan aku lah yang pantas membunuhnya, kalau kau membunuhnya, aku akan menghabisi semua anak buahmu” Pria itu menutup handphone nya dan melanjutkan larinya.

Nafasnya begitu memburu ketika ia berhenti di depan sebuah kamar inap. Di lihatnya papan nama pasien yang ada dihadapannya. Lee Ji-Eun. Pria itu mengatur nafasnya sebentar, setelah nafasnya kembali normal, ia sembunyikan pistol yang digenggamnya tadi.

“Ryu…. Kemana saja kau…? Aku menunggumu… “ Wanita yang bernama Lee Ji-Eun tersenyum pada Ryu, pelari terhebat hari itu.
“Ji-Eun… aku juga menunggumu…” kata Ryu sambil mengarahkan pistol berkaliber 32 pada Lee Ji-Eun. Sontak wanita itu melihat Ryu dengan tatapan heran dan terkejut.

“A…Apa yang akan kau lakukan Ryu?...Jangan bermain dengan itu… kau akan menyesal kalau kau…”

“Ssssst…. Ssst…” kata pria bernama Ryu, air matanya mengalir begitu deras, tangannya bergetar ketika menggenggam pistol, “Sssstt… aku… menunggumu terlalu lama, Ji-Eun… aku akan buat kau lebih bahagia… aku menunggu untuk bisa membunuhmu… saat inilah waktu yang tepat untuk kita berpisah Ji-Eun… maafkan aku” pria itu mencoba untuk fokus dengan sasarannya.

“Ryu….”

***

10 Februari 2013

Langit Daegu hari itu begitu kelam, tiga mobil Chevrolet berwarna hitam berjejer memasuki parkir bawah tanah sebuah apartemen. Orang-orang yang berada di kawasan apartemen itupun merasa ketakutan, pemilik ketiga mobil itu adalah komplotan mafia yang terkenal di daerah Daegu, mereka menyebut diri mereka The ShadowMan. Mungkin karena mereka semua memakai setelan jas serba hitam.

Gerombolan The ShadowMan masuk ke dalam apartemen, kali ini mereka tak menjarah tapi hanya menghampiri sebuah kamar yang letaknya paling atas di pojok kiri.

“Ryu~!! Buka pintunya~!!! Hyung mengunjungimu~!! CEPAT BUKA atau kuhancurkan pintumu” seorang pria yang lebih pendek dari temannya maju dan menggedor pintu.

“ChongBong… pelanlah sedikit… kita sedang mengunjungi teman, bukan merampok, hmmm? Bagaimana kalau ada tetangga Ryu yang melaporkan kita?” kata pria tinggi besar yang bersandar di balkon apartemen.

“Ye.. Hyung. Jeongmal Mianhae..” pria yang dipanggil ChongBong itu menunduk begitu rendah pada atasannya.
Tak menunggu lama, pintu kamar apartemen yang letaknya paling atas itu dibuka, seorang pria tampan muncul dari balik pintu, ia masih memakai piyama hitam dan selop hitam. Wajahnya yang layu menandakan kalau ia masih tak bisa melupakan tidurnya.

“Wae…” kata pria itu sambil mengusap matanya, dan mencoba melihat dengan jelas siapa yang ada didepannya. “Oh! Hyung… silahkan… masuk. Masuk…” kata pria itu sambil membuka lebar-lebar pintu kamarnya.

Segerombolan The ShadowMan masuk satu persatu ke dalam kamar pria tampan itu. hanya pria yang dipanggil Hyung saja yang duduk di sofa, sedangkan yang lainnya berdiri di belakangnya. Layaknya sang raja, ada yang menyalakan cerutu untuknya, dan menuangkan vodka ke gelas yang di bawah salah satu anggotanya.

“Hyung, apa yang membuatmu mendatangiku seperti ini, kalau aku ada perlu denganku, kau bisa menelponku” kata pria pemilik kamar itu sambil duduk di atas tumpukkan buku yang ia tata rapi sebagai bangku.

“Apakah kau tak suka kalau aku ke rumahmu?”
“Bukan seperti itu Hyung… hanya saja, aku…”
“Sudahlah… aku kemari hanya ingin memberikanmu tugas yang bisa membuat hidupmu berubah” kata Hyung sambil melempar satu amplop tebal keatas meja.

Pria pemilik kamar tanpa aba-aba langsung membuka amplop yang ada didepannya. Wajahnya tampat berkerut ketika membolak balik kertas yang ada didalam amplop.

“Siapa dia?” Tanya pria pemilik kamar sambil mengacak rambutnya.
“Dia targetmu, tugasnya mudah saja, kau harus mencari dimana dia berada, dan membunuhnya” kata Hyung sambil menghembuskan asap cerutunya.

“Sepertinya dia gadis biasa, dan tidak ada hubungannya dengan bisnis kita” pria pemilik kamar itu masih tertarik membuka lembar demi lembar, mengulangi lagi, lagi dan lagi.

“Memang, tapi ayah gadis itu adalah musuh besar kakak iparku”
“Ayahnya seorang mafia?”

“Bukan, Ayahnya seorang polisi ternama, dan ayah gadis itu telah membunuh keponakanku, kau harus membunuh gadis itu untuk kakak iparku, bayaran yang akan kau dapatkan 5.000.000 won. Bagaimana? Deal?”

“Hmm…” pria pemilik kamar itupun berpikir sekali lagi. “Hyung… bukankah yang berurusan dengan kakak iparmu hanya ayah gadis
ini, mengapa kau tak menyuruhku membunuh ayahnya saja?”

“hmm..hehe.. hehehe… hahahahaa….” Pria yang dipanggil Hyung itu tertawa lalu di ikuti semua pengawalnya “apakah kau mulai menyukai gadis itu?... hmmm… CongDong berikan uang nya pada Ryu”
ChongDong, pria pendek berjas hitam itu memberikan satu amplop berisi uang pada Ryu, pria tampan pemilik kamar.

“Jangan pernah tertarik apalagi jatuh cinta pada target yang harus kau bunuh, atau kau bisa kehilangan pekerjaanmu, bahkan nyawamu. Hmmm… ternyata rumahmu begitu nyaman… “ kata Hyung sambil menjulurkan kakinya diatas meja. Semua kertas dan uang yang ada diatas meja terjatuh begitu saja ditendangnya.

“Ryu… kakakku, ingin membuat polisi itu merasakan bagaimana bila kehilangan anak yang dicintainya. Hmmm.. kau tahu maksudku kan? Balas dendam memang begitu aneh, tapi kita harus bersyukur banyak orang yang ingin membalas dendam hahaha… dengan begitu kita masih punya pekerjaan… Ryu… uang itu hanya setengahnya, kabari aku kalau kau sudah membunuh gadis itu, aku akan melunasi pembayarannya”

“Baik Hyung… akan ku usahakan” kata Ryu

“Okey… pekerjaanku sudah selesai, ayo… semuanya, kita bekerja lagi.. Ryu, aku senang istirahat di rumahmu, kapan-kapan aku akan kemari lagi, untuk tidur di sofamu hahahaha” kata Hyung sambil tertawa, ia keluar rumah diikuti oleh semua pengawalnya termasuk pria kecil ChongDong.

“Ah.. Hyung… terima kasih sudah memberiku pekerjaan…” Ryu mengantarkan bossnya sampai di lift.

“bye bye… Ryu… ingat kata-kataku, membunuh pakai otak, jangan pakai hati hahahahahaha” pintu lift pun tertutup. Ryu masih di balkon apartemen, ia melihat bosnya yang terus tertawa walaupun sudah masuk ke dalam mobil.

Ryu melangkah dengan gontai, ia masih terlalu mengantuk untuk mengurusi pekerjaannya sebagai pembunuh bayaran. Setelah duduk lagi di tempat semula, ia membuka salah satu foto targetnya.

“hmmm…Lee Ji-Eun…” Ryu juga membuka beberapa kertas yang ada dihadapannya. “oh… kau bekerja sebagai guru? Ah… usiamu 8 tahun lebih tua dariku… Hey… Lee Ji-Eun, apakah aku harus membunuhmu?” kata Ryu sambil mengguncang-guncang foto targetnya.

Ryu berlari ke dalam kamarnya dan meloncat lalu menghempaskan tubuhnya keatas ranjang.

“Ahh…. Lee… Ji.. Eun… kau tinggal di dekat sini, tapi mengapa aku tak pernah melihatmu… hmmm… Hyung~~~~~~~!! Mengapa kau tega sekali denganku. Haruskan aku membunuh gadis secantik ini…. Ah~~~~~!! Molla…” Dilanjutkannya tidur yang sempat terputus.

***

11 Februari 2013

“Anak-anak…… Ayo… siapkan perlengkapan kalian, hari ini kita akan naik gunung bersama~~~~!!” kata seorang wanita yang berdiri tegap di depan kelas, ia memakai baju berwarna hijau dan topi piknik, 

“Ye….. seonsaengnim” semua murid nya serentak menjawab dengan semangat.
Wanita itu memandu semua muridnya keluar dari kelas, berbaris dan berjalan meninggalkan sekolah.

“Ayo…… kita bernyanyi one two three…”
“ye……. Seonsaengnim”

“hana , dul, ses , naneun wol-yoil joh-a
hana , dul, ses , naega yeonguleul joh-a
hana , dul, ses , naega haggyo leul joh-ahanda. nananana ..” mereka pun bernyanyi bersama, sambil berjalan menuju gunung di belakang sekolah.

Wanita itu tak menyadari ada seorang pria yang sedari tadi mengikutinya dari belakang, bersembunyi di balik pohon, ketika dia berbalik melihat muridnya, pria itu kembali mengikuti rombongan guru dan murid dengan penuh hati-hati.

“Anak-anak… ayo istirahat sebentar… “ kata wanita itu sambil mengatur murid-muridnya duduk di trotoar, ia pun membagikan cookies dan susu kotak kepada muridnya. “Ini untukmu…”

“terima kasih seonsaengnim…” kata semua murid,
“seonsaengnim~~!! Ada YAKUZA~~~~!! Dari tadi kulihat dia mengikuti kita..” salah satu murid menunjuk pria yang bersembunyi dibalik tiang listrik di ujung jalan, wanita itupun melihat apa yang di
tunjuk muridnya.

“Mwwoo… Yakuza? Hehehe… hanya halusinasi saja… ayo makan kuenya… sebelum terkena debu” kata wanita itu dengan lembut.

“Ah.. Andweeee seonsaengnim… aku melihat seorang pria membawa pistol… dia ingin membunuhmu seonsaengnim… apa kau tak takut?” kata anak itu jujur.

“hehehe… okey… aku akan memeriksanya” Wanita itupun tertarik untuk memeriksa siapa sebenarnya yang dilihat muridnya.
Pria yang berdiri dibalik tiang listrik merasa gelisah saat itu, ia segera menyembunyikan pistolnya di saku jas.

“Mellong…” tiba-tiba wanita itu mengejutkannya dengan kata dan reaksi yang menggemaskan. “Ah… maaf, aku kira tidak ada siapa-siapa disini, hehehe… apa yang kau lakukan disini? Apakah kau mengikuti kami? Ah….. apakah kau berniat buruk pada kami?” Tanya wanita itu sambil memasang kuda-kuda.

“Ah… hehehe… aku… tidak… tidak… aku hanya berdiri disini saja” kata pria yang ternyata Ryu sang pembunuh bayaran itu.
“hmmm… kau mencurigakan, siapa kau sebenarnya? Apa maksudmu mengikuti kami semua? Apa kau membawa pistol?” wanita itu masih menyiapkan kuda-kudanya bersiap untuk menendang Ryu.

“ya… Ah… tidak.. tidak…” tiba-tiba pistol yang di selipkan di saku jas pria itu terjatuh, Cling… pistol itu terjatuh, Ryu dengan sigap mengambil pistolnya dan bersiap melepas pelatuknya.

“Nuna… aku… aku anggota polisi, aku mengejar penjahat yang tadi mengikutimu, jadi aku harus melindungimu” kata Ryu, wajahnya penuh dengan keringat.

“Ah……. Kau suruhan ayahku?... ah….. aku mengerti sekarang.. sebentar…” wanita itu pun berbalik “Hey…. Anak-anak dia bukan Yakuza… dia temanku hehehe, ayo… habiskan susu dan kue kalian, 5 menit lagi kita akan berjalan ke Gunung~~~~~~!!” teriak wanita itu dengan nada ceria.

“Yeeeeeee~~!! Seonsaengnim” Balas semua muridnya.
“hehehe… muridku tadi mengira kau seorang Yakuza, hehehe ternyata kau suruhan Ayahku” kata wanita itu sambil memukul dengan halus dada Ryu.

“Ya..Yakuza? ah… aku bukan pria seperti itu…” kata Ryu sedikit gugup.

“Kau mau susu dan kue?” tawar wanita itu pada Ryu

“No.. thanks..” tolak Ryu, ia menyimpan pistolnya dengan baik di saku celananya, sepertinya Ryu tak bisa membunuh wanita itu saat ini, terlalu bahaya, banyak anak-anak yang sudah melihat wajahnya. Banyak yang bisa menjadi saksi.

“Kau polisi baru?”
“hmmm ya.. sepertinya begitu”

“hehehehe… kau lucu sekali… baiklah, sampai bertemu lagi di kantor ayahku, tak usah lagi mengawalku, aku baik-baik saja” kata wanita itu sambil berlalu dari hadapan Ryu.

Dengan cepat Ryu meraih tangan Lee Ji-Eun. “Nuna… Lee Ji-Eun, aku harus tetap bersamamu, ada orang yang akan membunuhmu, kepolisian pusat menyuruhku untuk melindungimu Nuna. aku harus melindungimu… ssssttt… jangan sampai ada yang tahu, apalagi ayahmu, aku akan melindungimu, sebenarnya aku bukan utusan dari ayahmu, tapi dari kepolisian pusat, kau sedang menjadi target pembunuhan sekarang, jadi ikuti kata-kataku, aku akan melindungimu…. Arra?” bisik Ryu.

“Benarkah?” Tanya Ji-eun sambil mengedipkan matanya tak percaya

“Ya… ada tiga pria yang mengintaimu dari tadi, aku harus bersamamu, melindungimu dan murid-muridmu, tolong bekerjasamalah… kali ini saja…”

“Benarkah?” Tanya Ji-eun lagi seakan dia masih tak percaya.

“hum aku jujur padamu…” kata Ryu sambil menepuk dadanya

“Mana mereka? Aku bisa mengatasi mereka dengan sekali dua kali tendangan, bilang padaku mana mereka?”

“Sssssssssssttttt……. Mereka pembunuh yang paling berbahaya di korea” kata Ryu sambil membungkam mulut Ji-eun

“haisss… lalu apa untungnya mereka membunuhku hah?” Ji-eun berhasil melepaskan bungkaman tangan Ryu.

“Kau…. Ahss… aku juga tak tahu, turuti semua kata-kataku ini demi kebaikanmu Nuna…” kata Ryu sambil berpura-pura melihat ke segala arah. “Aku harus ikut denganmu, mereka akan selalu mengintaimu, apa kau tak sayang dengan nyawamu Nuna?”

“Baiklah, kau boleh ikut bersamaku, kalau kau tak bisa menjagaku, jagalah murid-muridku, dia tanggung jawabmu sekarang” kata Ji-eun sambil melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Ryu.

Ryu akhirnya bisa memperbaiki keadaan, apakah ia akan berhasil membunuh Lee Ji-eun di gunung tanpa sepengetahuan murid-murid Lee Ji-eun??

To be CONTINUE

Please. Penilaiannya ya...... komentar, like jangan lupa share........

 
Layanan untuk Anda: x Cerita dari Kusuma | - | dari - | Lihat dalam Versi Seluler