Fanfiction - Lover Family - Part 3




Author : - Kusuma (Yun)

Genre : Parody, Family, Romance, Sadly

Maincast :

Woohyun Infinite : Woohyun
Minah Girl's Day : Naemi
Lauren Hanna : Nanna

Target : Semua usia.


“OOPPAAAAAAAAAAAAAAAAA~~~~~~~!!! NANNA~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~!!!”

Naemi teriak dari kamar, kuminum cocktail dalam satu tegukan dan langsung berlari menuju kamar Nanna, Kakiku sepertinya terkena plastic yang tajam saat berlari tadi, hingga kulit telapak kaki mengeluarkan darah, aku melijhat Naemi menangis sambil menggendong Nanna. Ada apa lagi ini.

“Waeee wae geulaess-eoooo?” tanyaku sambil merebut Nanna dari pelukan Naemi. Nafas anakku sesak, kuletakkan tanganku di dadanya, jantungnya berdetak begitu kencang.

“Oppa… aku tak tahu mengapa Nanna menjadi seperti ini”
“Apakah tadi dia makan Almond?”
“Anni…” jawab Naemi sambil menangis

“Nanna… lihat Appa… Nanna… Nanna… ayo ikuti Appa, atur nafasmu, huuuuuuff… haaa… huuuuf haaa. Huuuf haaa. Seperti ini. Arra… ayo Nanna…”
“appppaa….. naaannn anndwaeee Apppa” jawab Nanna disela-sela nafasnya yang sesak.

“Naemi, siapkan beberapa baju Nanna dan semua kebutuhannya, kita akan kerumah sakit sekarang” kataku sambil bangkit dan menggendong Nanna, mempertahankan posisinya agar Nanna bisa mudah bernafas.
“Sekarang?”

“Ye… Jeppalliyooo” bentakku. Naemi segera mengemasi semua barang Nanna, dan aku mengambil kunci mobil lalu memasukkan Nanna ke dalam mobil “NAEMIIIIIIIIIIIIIIII~~~~!!! Jeppalliiiiiiiiiiiiiiii” teriakku tak sabar, beberapa tetangga melihatku dengan penasaran.

“Wae… Hyun?” kata seorang nenek yang tinggal di depan rumahku.
“nan byeong-won-e gayahanda...” Jawabku singkat, Nenek itu pun melihat Nanna yang terbaring dan masih susah mengatur nafasnya. “NAEMIIIIIIIIIIII~~~~~~!! JEPPPALLIIIIIIIIIIII~~~~!!” Mendengar Teriakanku Naemi langsung datang membawa beberapa tas.

“Aigoo. Aku lupa mematikan kran air” Kata Naemi membuatku sebal
“Haiiisshh… nanti saja”
“Haee… Arrasso… biar aku saja yang mematikan, cepat antar Nanna ke rumah sakit” Kata nenek itu.
“oh.. halmeoni, dangsin-eul gamsahasibsio… ini kunci rumahnya”

“Ye.ye.ye… pergilah… aku akan menjaga rumahmu” Kata Nenek itu, Kulihat Naemi sudah menggendong Nanna dan memangkunya di jok depan. Disampingku, Nanna menatapku dengan air mata yang menetes.

“Nanna nae gwiyeooon… Appa akan mengantarmu ke rumah sakit, tunggu sebentar ya….” Kataku menahan agar tak menangis itu sangat sulit, kepalaku langsung pusing, Naemi menguatkanku dengan belaian tangannya.

“Appa… Nanna akan baik-baik saja… iya kan Nanna…” kata Naemi sambil membelai rambut Nanna, sekejap saja Nanna sudah bisa tersenyum menahan sakitnya. Anakku memang pintar, ia tak pernah mengeluh mengenai apapun yang ia rasakan.
“Naemi, pasang beltmu” kataku

“Yee Oppa..” Mobilku melaju dengan cepat di jalanan Seoul, untung saja rumah sakit letaknya tak jauh dari rumah.
“Naemi, apa kau yakit Nenek tadi bisa menjaga rumah kita?”
“Hum… dia beberapa kali menjaga rumah kita, saat kau pergi keluar kota dan aku ada urusan di galeri”
“hmmm… baiklah…Naemi apakah kau sudah membawa Kartu rumah sakit?”

“Ye…” kata Naemi sambil menggosok-gosok dada Nanna dengan tangannya.  Nanna tampak tak separah tadi, tapi nafasnya masih tetap tak teratur, terkadang sesak, terkadang batuk.
“Sebentar lagi, kita akan sampai, lihatlah Nanna.. didepan kita… itu Rumah sakit, kau akan sembuh kalau Appa membawamu kesana” kataku sambil sekilas tersenyum pada anakku yang cantik.

“jinnjjaa appa?” Tanya Nanna dengan suara serak.
“mullon-ibnida. nae salang…” kataku sambil menyentuh tangan Nanna yang mungil.
Mobil kami sudah masuk kawasan rumah sakit, dengan cepat aku langsung menghentikan mobilku di depan pintu masuk rumah sakit, beberapa Suster datang membawakan ranjang darurat. Naemi menidurkan Nanna dan masuk ke dalam rumah sakit.

Setelah mendapatkan tempat parkir yang nyaman. Aku bergegas menyusul Naemi dan Nanna.
Drrrrriit… Drrrrrit.. handphone ku bergetar.
Naemi menelponku dengan tergesa-gesa.
“Oppa. Aku ada di lantai dua, ruang ICU… palli…”

“Ye… yeyeye…” kataku, sambil membawa 3 tas berisi keperluan Nanna aku berlari menembus angin. Ada apa dengan anakku? Apa yang telah terjadi dengannya?. Tak mau menunggu lift yang terlalu lama. Aku terpaksa menggunakan tangga darurat yang ada disamping rumah sakit.
Di lantai dua aku melihat Naemi sedang duduk, kedua tangannya menopang wajahnya.

“Naemi… apa yang terjadi?”
Naemi yang tak memakai masker memelukku,
“Nanna… aku tak tahu apa yang terjadi padanya, setelah mengantarnya ke lobi, salah satu dokter memeriksanya dan membawanya ke ruangan ICU… Oppa… aku tak mau kehilangan Nanna….Oppa….”

“Tidak…. Sssst… sudah sudah… Nanna akan baik-baik saja…. “
“Oppa…. Apakah aku ibu yang bodoh? Mengapa anakku bisa seperti ini…. Nanna…” Naemi melepaskan pelukannya, lalu beranjak melihat Nanna dari balik jendela kaca yang memisahkan antara ruangan ICU dan lorong rumah sakit.

Aku memeluknya dari belakang, “Naemi… sebaiknya kita tunggu saja, semoga Nanna bisa melewati keadaan krisisnya dengan cepat, dan pulih kembali… ya… duduklah… jangan membuatku semakin khawatir…”

“Oppa…” Naemi pun duduk, ia sandarkan kepalanya ke pundakku.
“Naemi… aku tak pernah memberikan Nanna almond, kacang merah bahkan setiap perangkat makan Nanna sudah ku bersihkan dari sabun… apakah dia mencuri almond di lemari es dan memakannya”
“Mollayooo oppa… mollayoo…aku juga tak pernah melihat Nanna memakan Almond”
“hmmm….”

“Oppa… seminggu yang lalu, kau masih ingat kan? Nanna demam dan panasnya sangat tinggi selama 3 hari Nanna  hanya makan satu kali sehari… apakah ada hubungannya dengan itu?”
“molla…”

***

“Mr Nam…annyeong…” tak sadar kami berdua tertidur didepan ruang ICU. Seorang suster membangunkanku, dia membangunkan Naemi juga.
“Wae… mana Nanna? Anakku?” kataku kebingungan

“Sir. Silahkan ikut saya, Nanna sudah ada di kamar rawat inap, dokter sedang menunggu anda berdua”
“Hmmm… okey..” kataku sambil mengikuti Suster. Naemi berjalan di sebelahku, tangannya tak henti-hentinya memeluk lenganku. Ku rasakan air matanya menetes di lengan kemejaku.
“Oppa… mengapa Nanna bisa diopname?”
“Molla… nanti kita akan tahu”

Masuk ke ruangan dokter, suster menyuruh kami untuk duduk dan menunggu di depan meja dokter. Beberapa menit kemudian seorang wanita yang bernama Dr Lim datang menyapa kami dengan wajah ramah tamah.

“Annyeong…kalian Appa dan Eomma Nanna?”
“Ye…apa yang telah terjadi dengan anak kami?” Tanya Naemi tergesa-gesa.
“Keadaan Nanna sekarang ini menunjukkan bahwa paru-parunya terkena virus dan jamur yang tersebar luas di udara, Nanna kami tetapkan menderita Pneumonia atau Paru-paru basah, tapi… anda tidak perlu khawatir, penyakit Nanna bisa di obati, kalau anda bekerja sama dengan kami. Nanna harus melakukan berbagai pengobatan selama beberapa waktu, kemungkinan satu minggu sekali”

“Mwoo?? Pneumonia?... apa kau tak salah? Nanna tak pernah bermain di luar dan kami selalu menjaga apa saja yang ia makan. Dok. Apakah kau tak salah?” ujarku.
“Anni…Pneumonia juga bisa disebabkan karena lendir Nanna sendiri, kemungkinan saat Nanna batuk, ia tak memuntahkan lendirnya dan menelannya, padahal lendir adalah salah satu cairan yang penuh bakteri juga virus jahat. Sudah… tenanglah… kami akan membantu kalian berdua untuk menyembuhkan Nanna..”

“Ye… Arrasso…” Naemi melihatku dengan penuh kepasrahan.
“Ini adalah jadwal control, aku harap kalian berdua bisa membawa Nanna ke sini, agar penyakitnya bisa cepat di tangani”
“Baik..” Kataku sambil menerima beberapa schedule periksa untuk Nanna.
“Jangan pernah lewatkan control dan periksakan kesehatan Nanna, kalau tidak, kalian akan kehilangan Nanna, karena penyakitnya sekarang sudah ada di level 2, Arra?”
“hmmm” gumamku.

“Nanna ada di kamar 127 silahkan temani Nanna, aku sangat berharap Tuhan bisa memberikannya kesembuhan, dia anak yang manis, dan terlalu manis untuk mendapatkan semua ini”

“Ye… gomawo… Dokter Lim” kata Naemi.
Kami berdua keluar dari ruangan dokter dengan perasaan yang campur aduk, bagaimana bisa Nanna memiliki penyakit yang sangat parah seperti itu disaat usia emasnya. Naemi menangis dipelukanku, akupun tak kuat dengan semuanya ini. Sama sekali aku tak mau kehilangan anakku Nanna, tak akan kubiarkan ia merasakan sakit untuk kedua kalinya.

“Oppa… aku ingin menangis sekarang…” kata Naemi
“Ya… menangislah…”
“Oppa… jangan menangis di depan Nanna… arra?”
“hum… jangan membuatnya bersedih…”

“Oppa…. Bisakah aku mengambil penyakit Nanna? Bisakah aku saja yang mendapatkan penyakit itu? jangan Nanna… ia masih kecil oppa….”
“molla…. Ayo… hapus matamu… Nanna pasti menunggu kita”
Naemi menghapus air matanya dan memasang maskernyaa lagi.
“Oppa… janji…kelingking…” katanya sambil menyodorkan kelingkingnya yang kecil.
“Mwo?”

“Janji… kita tak akan melewatkan atau melupakan jadwal control Nanna, janji kita akan membuat anak kita lebih bahagia dari kemarin, janji kita akan merawat Nanna dengan baik, Janji?”
“ye…” kataaku sambil menyodorkan kelingkingku.
“jeongmall?”
“Jeongmallyooo hehehe… terima kasih Naemi, kau menguatkan diriku”
“ye… Oppa…”

***

Di kamar inap Nanna duduk sambil bernyanyi-nyanyi, memainkan boneka yang ada di bajunya.
“Appa… Eomma… nae salang… hummm nananana… dududududu… bogosiposooo eomma… hmmm” Kami melihatnya dengan seksama, Nanna sudah lebih sehat sekarang.
“Nanna… kau menyanyikan apa?” Tanya Naemi sambil duduk disebelahnya.

“Eommaaaaaaaaaaaaaaa… abeoji abeoojji.. wa eomeoni e daehan nolae hihihihi”
“ouhhhmmmm kau cantik sekali… Nanna… Ayo pulang…” kataku sambil menggendongnya, mencium pipinya yang chubby, membelai rambutnya, hampir saja aku lupa menahan tangisku.
Naemi melihatku dan mengatakan tanpa suara “Jangan menangis”. Hmmm… Nanna.. mengapa kau mengalami hal seperti ini. Seumur hidupku aku tak akan mau kau menderita sepertiku dan seperti ibumu.

“Apppa… uyyu uyyu” kata Nanna sambil memeragakan minum susu.
“Uhmmm..kau ingin susu?”
“Yeeeee appa…”
“Ayo… kita pulang… Eomma akan membuatkanmu susu yang lezaaaaaat di seluruh dunia”
“jinjja appa?”

“ye… Nanna Nae Salang…” kata Naemi sambil mencium pipi Nanna.
“Hooooraaaaay….. Appa… nae salangheyooo”
“Nanna nae salangheyoooo”
“Hhihihihihi” tawanya yang lucu mulai menghibur kami.
Apakah yang akan terjadi nanti?, Aku dan Naemi akan menjaga Nanna dengan baik, kami tak akan pernah memaafkan diri kami sendiri, kalau Nanna sampai menderita.

To Be Continue

 
Layanan untuk Anda: x Cerita dari Kusuma | - | dari - | Lihat dalam Versi Seluler