Author : Ayuna Kusuma
Genre : Romance, Sad
Maincast :
Joong Ki / Shin : Song Joong Ki
Gwon : Yoon Eun Hye
Dok dok dok, seseorang mengetuk pintu kamarku. “Shin, ayo makan malam bersama” suara itu mulai kukenal dengan baik.
“Woah… ayamnya sudah matang?” tanyaku sambil bergegas membuka pintu. Gwon sekarang sedang didepanku, dia memandangiku, walaupun buta, tetap saja aku malu kalau dia terus memandangiku seperti itu.
“Sudah, ayo ikut denganku, kita makan bersama-sama” Gwon memanduku menuruni tangga, aku sempat ragu apakah dia bisa menuruni tangga dengan cepat. Tapi keraguanku sepertinya tak penting. Gwon sangat mengenali rumah ini dengan baik.
Di ruang makan sudah ada ibu asrama dan enam anak yatim piatu
difabel. Mereka tersenyum melihatku,
“Ayo.. Shin duduklah sini” kata ibu asrama sambil menyiapkan kursi baru di sampingnya. Gwon duduk di sebelahku.
“Ayo, sebelum makan kita berdoa dulu” mereka semua menundukkan wajah dan mulai berdoa. “Ya.. mari kita nikmati makanan kita” kata ibu asrama. Mereka semua mulai makan malamnya, sedangkan aku, hanya tertarik memandangi Gwon yang sibuk melahap makanan.
Dia sangat tanggap dan tidak seperti orang buta lainnya, Gwon terlihat sempurna, orang baru yang melihatnya pasti mengira ia orang normal.
“Humm mmm… Shin ayo dimakan, Gwon sudah memasakkan Ayam Gingseng untuk kita semua, ayo ayo… dimakan” Ibu asrama memaksaku makan, kali ini aku melemparkan pandanganku ke anak yatim piatu, mereka seperti malaikat kecil, lucu dan polos, walaupun banyak kekurangan dalam diri mereka.
Kumulai memakan sedikit daging ayam gingseng yang dimasak Gwon, rasanya, aku tak pernah makan seenak ini. “Woaa… ini enak sekali, Gwon, kau memang pintar memasak huhuhummm” kataku sambil melihat reaksi Gwon.
Wajahnya kembali memerah. Apakah selalu seperti itu kalau ada orang yang memujinya?. Setelah kami makan malam, setiap anak yatim memiliki tugasnya sendiri-sendiri, ada yang mengambil mangkuk dan sumpit untuk dicuci, ada yang merapikan meja dan lain sebagainya. Mereka sudah terlatih dengan baik, aku semakin salut dengan ibu Asrama.
Gwon keluar dari rumah panti asuhan, mau kemana dia?, aku langsung saja tertarik untuk mengikutinya. Gwon berjalan keluar dari gerbang, dengan cepat aku menyusulnya dan berjalan tepat di belakangnya. Gadis itu sepertinya sedang menikmati malam, dia berjalan begitu jauh, sampai di sebuah atm disebelah mini market. Aku semakin mendekatnya, tepat dibelakangnya.
Kulihat Gwon memasukkan uang ke atm, ia menabung malam-malam begini? Apakah dia tidak tahu kalau disini banyak sekali orang yang mudah bertindak criminal kalau melihat uang dan gadis secantik dia.
Saat dia berbalik arah, ia menabrakku, sepertinya wajahnya sangat ketakutan. Lalu Gwon memukul lututku dengan tongkat yang dia bawa. “AAAwww..”
“Shin…? Kau kah itu?”
“Ya…” jawabku sambil memijat lututku, pukulannya sangat keras lututku sedikit lemas.
“Ohhh… ommo… maafkan aku. Apa yang tadi yang kupukul? Mana yang sakit?”
“Sudah sudah… lututku bisa menahannya, sedang apa kau disini?”
“menyetor uang, tabungan panti asuhan, beberapa uang donasi dan beberapa uang dariku”
“hmmm… kau mau pulang sekarang? Aku antar ya?”
“hehehe… apa kau sengaja mengikutiku?”
“ya… aku senang mengikutimu hehehe”
“Apakah aku harus merasa takut sekarang?” Tanya Gwon membuatku ingin tertawa
“seharusnya kau merasa bahagia, karena ada pria tampan yang ingin mengikutimu”
“hum… kau bilang dirimu tampan, berarti kau tak begitu tampan, hehehe” Kata Gwon sambil berjalan menjauh dari panti asuhan, mau kemana lagi dia.
“hei.. kau salah arah, panti asuhan ada disebelah sana”
“Aku juga tahu… aku ingin pergi ke taman, mendengarkan serangga, apa kau mau mengikutiku lagi? Hehehe?”
“ya harus. Apakah kau tak tahu dimalam seperti ini banyak orang mudah bertindak criminal, apalagi kau bisa dibilang sedikit cantik, pasti banyak yang ingin…”
“Shin, berarti aku harus takut padamu?” kata Gwon sambil menatapku, ia hentikan langkahnya, lalu memandangiku.
“Tidak… bukan orang yang seperti itu”
“Aku sudah 20 tahun tinggal di daerah sini, aku kenal dengan semua tetanggaku, dan sampai sekarang tidak ada yang mau menyakitiku. Yang harus kucurigai adalah dirimu Shin, kau orang baru disini, tadi pagi kita baru bertemu, tapi kau langsung ingin tinggal ditempatku, ada apa hah? Apa yang kau inginkan dengan tinggal di rumah kami?” Tanya Gwon menyelidik
“Aku ingin mencari ketenangan”
“Ketenangan? Hehe ketenangan yang bagaimana?” Gwon kembali berjalan, akupun mengikutinya.
“Iya, aku ingin kehidupan baru, yang tak begitu bising, merepotkan, dan membuat sesak”
“Setiap kehidupan akan ada waktu dimana kita selalu direpotkan, saatnya merasa sesak atas semua kenyataan yang tidak kita sukai, dan kita harus menahan bisingnya kehidupan. Apa.. kehidupanmu begitu berat? Sebenarnya siapa dirimu?”
“Ya… begitu berat” Kami berdua duduk di bawah pohon maple dan mendengarkan serangga saling bersahutan memberikan sinyal.
“Lalu, kalau kau tinggal di tempatku bebanmu berkurang?”
“hummm, tidak berkurang, hanya terlupakan”
“Bersikaplah dewasa Shin, jangan melupakan setiap masalah dalam hidupmu, jangan meninggalkan sebuah masalah, karna masalah yang membuat kita bisa menjadi lebih baik dari sekarang” mendengar kata-katanya dan menatap wajahnya yang polos, entah mengapa aku sepertinya menemukan malaikatku sendiri. Yang mampu memberikan dorongan positif untuk hidupku.
Aku sama sekali tak mempermasalahkan tentang kebutaannya, karena Gwon begitu sempurna, apalagi setelah aku tahu sedikit tentang pemikirannya.
“shin… apakah kau masih disini?” Gwon meraba-raba tanganku “Mengapa diam saja? Apa aku membuatmu sedih? Maafkan aku yang telah banyak bicara. Hmmm Joo bilang kalau kau sangat tampan dan mirip dengan artis yang ada di TV, apakah kau seorang artis ?”
“Hmmm?”
“Apakah kau seorang artis Shin?”
“Anni… aku orang biasa saja, hehe, aku kerja di….”
“Dimana?”
“Di perusahaan Mr Lim”
“Siapa dia?”
“Hmm.. seorang teman yang punya perusahaan, pekerjaan kami melayani masyarakat”
“oooh… kau tak bohong kan?”
“Anni…” tentu saja aku tak berbohong, aku bekerja melayani masyarakat, hehehehe.
“Gwon… apakah kau sering ke tempat ini setiap malam?”
“Iya, aku sering mengajari Joo berjalan disini”
“Kau… gadis terhebat yang pernah kutemui, Gwon” wajahnya kembali memerah di bawah cahaya lampu taman yang remang-remang.
“Gwon, apa tidak sebaiknya kita kembali saja?”
“Hummm… Shin, apa yang biasa dilakukan wanita-wanita normal saat mereka tumbuh dewasa?”
“Mereka?... mereka hanya mempermainkan hati seorang pria, lalu memperoleh uang yang banyak”
“Kejam…”
“Hahahaha… kau benar, mereka kejam, sangat kejam, bahkan ada seorang wanita yang merelakan kehormatannya untuk menghancurkan orang lain”
“Benarkah???” kata Gwon sambil memegang tanganku, tangannya sangat dingin tanpa sarung tangan. “Apakah dunia begitu menakutkan Shin?”
“hanya sebagian yang menakutkan, hehehe, di rumahmu dunia Nampak menggembirakan, Gwon tanganmu dingin, pakailah sarung tanganku” Aku memakaikannya sarung tangan
“Terima kasih Shin, apakah kau punya kekasih shin?”
“hmmm aku… belum”
“hmmm kenapa? Diluar sana banyak sekali wanita normal, beberapa temanku bilang kalau sampai kapanpun aku tak akan bisa menikah, dan tak ada orang yang mau menikah denganku, karena keadaanku yang seperti ini”
“jangan dipikirkan, mereka hanya wanita bodoh yang tak pernah menggunakan otaknya untuk berpikir”
“hum..” Gwon terlihat meneteskan air mata. Aku terus melihat reaksinya
“Gwon?”
“Aku merasakan akulah wanita yang paling bodoh, aku tak pernah sekolah karena aku terlalu takut dengan ejekan orang-orang normal, Shin… apakah didunia ini ada dunia lain untuk orang buta?”
“Kau bisa memasak, kau bisa mengajari adikmu Joo berjalan, kau bisa membantu mereka semua belajar cuci piring dan membereskan ruang makan, itu berarti kau tak bodoh Gwon”
“Tapi.. aku sama sekali tidak pernah sekolah Shin”
“Kau bisa mengucapkan satu sampai ribuan kata, berarti kau pernah belajar Gwon, jangan pernah dengarkan apa kata mereka, mereka hanya iri padamu, mengapa kau begitu cantik, hebat, pintar memasak, dan perhatian terhadap segala sesuatu”
“hehehe… kau berkali-kali mengatakan aku cantik, benarkah aku cantik?”
“hum.. kau lebih cantik dari siapapun yang pernah kutemui”
“Terima kasih Shin, kau telah membuat malam ini lebih baik, Ayo kita kembali”
“Ya… perlu kubantu?” aku mengulurkan tangan dan mengenggam tangannya yang terbalut sarung tanganku. Namun dia menolak dengan sangat halus.
“Tidak perlu”
Kami berjalan bersama di malam yang cerah, baru kali ini aku mengetahui isi hati seorang gadis yang begitu lemah. Apakah benar dia tidak tahu tentang dunia ini? Aku harus membantunya mengetahui dunia ini. Aku harus membuatnya lebih bahagia.
“Gwon.. Ayo kita ke pusat perbelanjaan besok, bagaimana?”
“Benarkah? Tapi akan merepotkanmu saja”
“Tidak… aku akan menunjukkanmu bagaimana dunia, dan aku akan menunjukkan padamu, bahwa kau lebih hebat dari semua wanita, okey?”
“Tidak perlu Shin… lupakan apa yang kukatakan tadi ya?”
“Percayalah padaku, kau akan merasa lebih baik, okey? Kita berangkat besok?”
“Bisakah aku mengajak Eomma, atau Joo?”
“Tentu saja, kita ajak mereka berdua”
“Benarkah???”
“Hum… benar.. Ayo kita pulang, aku sudah sangat lelah”
“Shin…”
“Ya?”
“terima kasih” tangannya menggenggam tanganku, “Kita berteman sekarang, bagaimana?” kami pun pulang ke panti asuhan dengan perasaan yang campur aduk seperti bibimbap. Semoga besok aku bisa membuatnya lebih bahagia.
Aku sedikit melupakan tentang masalahku. Dan melupakan semua telp Hoongki juga sms dari manajer Lim yang mengabarkan kalau JB hanyalah nama dan identitas fiktif. Sudahlah, itu semua akan ku urus setelah aku mengantar Gwon dan keluarganya ke pusat perbelanjaan. Aku tahu semua masalah pasti berakhir, dan aku harus menghadapinya, seperti kata Gwon.
To Be Continue
Genre : Romance, Sad
Maincast :
Joong Ki / Shin : Song Joong Ki
Gwon : Yoon Eun Hye
Dok dok dok, seseorang mengetuk pintu kamarku. “Shin, ayo makan malam bersama” suara itu mulai kukenal dengan baik.
“Woah… ayamnya sudah matang?” tanyaku sambil bergegas membuka pintu. Gwon sekarang sedang didepanku, dia memandangiku, walaupun buta, tetap saja aku malu kalau dia terus memandangiku seperti itu.
“Sudah, ayo ikut denganku, kita makan bersama-sama” Gwon memanduku menuruni tangga, aku sempat ragu apakah dia bisa menuruni tangga dengan cepat. Tapi keraguanku sepertinya tak penting. Gwon sangat mengenali rumah ini dengan baik.
Di ruang makan sudah ada ibu asrama dan enam anak yatim piatu
difabel. Mereka tersenyum melihatku,
“Ayo.. Shin duduklah sini” kata ibu asrama sambil menyiapkan kursi baru di sampingnya. Gwon duduk di sebelahku.
“Ayo, sebelum makan kita berdoa dulu” mereka semua menundukkan wajah dan mulai berdoa. “Ya.. mari kita nikmati makanan kita” kata ibu asrama. Mereka semua mulai makan malamnya, sedangkan aku, hanya tertarik memandangi Gwon yang sibuk melahap makanan.
Dia sangat tanggap dan tidak seperti orang buta lainnya, Gwon terlihat sempurna, orang baru yang melihatnya pasti mengira ia orang normal.
“Humm mmm… Shin ayo dimakan, Gwon sudah memasakkan Ayam Gingseng untuk kita semua, ayo ayo… dimakan” Ibu asrama memaksaku makan, kali ini aku melemparkan pandanganku ke anak yatim piatu, mereka seperti malaikat kecil, lucu dan polos, walaupun banyak kekurangan dalam diri mereka.
Kumulai memakan sedikit daging ayam gingseng yang dimasak Gwon, rasanya, aku tak pernah makan seenak ini. “Woaa… ini enak sekali, Gwon, kau memang pintar memasak huhuhummm” kataku sambil melihat reaksi Gwon.
Wajahnya kembali memerah. Apakah selalu seperti itu kalau ada orang yang memujinya?. Setelah kami makan malam, setiap anak yatim memiliki tugasnya sendiri-sendiri, ada yang mengambil mangkuk dan sumpit untuk dicuci, ada yang merapikan meja dan lain sebagainya. Mereka sudah terlatih dengan baik, aku semakin salut dengan ibu Asrama.
Gwon keluar dari rumah panti asuhan, mau kemana dia?, aku langsung saja tertarik untuk mengikutinya. Gwon berjalan keluar dari gerbang, dengan cepat aku menyusulnya dan berjalan tepat di belakangnya. Gadis itu sepertinya sedang menikmati malam, dia berjalan begitu jauh, sampai di sebuah atm disebelah mini market. Aku semakin mendekatnya, tepat dibelakangnya.
Kulihat Gwon memasukkan uang ke atm, ia menabung malam-malam begini? Apakah dia tidak tahu kalau disini banyak sekali orang yang mudah bertindak criminal kalau melihat uang dan gadis secantik dia.
Saat dia berbalik arah, ia menabrakku, sepertinya wajahnya sangat ketakutan. Lalu Gwon memukul lututku dengan tongkat yang dia bawa. “AAAwww..”
“Shin…? Kau kah itu?”
“Ya…” jawabku sambil memijat lututku, pukulannya sangat keras lututku sedikit lemas.
“Ohhh… ommo… maafkan aku. Apa yang tadi yang kupukul? Mana yang sakit?”
“Sudah sudah… lututku bisa menahannya, sedang apa kau disini?”
“menyetor uang, tabungan panti asuhan, beberapa uang donasi dan beberapa uang dariku”
“hmmm… kau mau pulang sekarang? Aku antar ya?”
“hehehe… apa kau sengaja mengikutiku?”
“ya… aku senang mengikutimu hehehe”
“Apakah aku harus merasa takut sekarang?” Tanya Gwon membuatku ingin tertawa
“seharusnya kau merasa bahagia, karena ada pria tampan yang ingin mengikutimu”
“hum… kau bilang dirimu tampan, berarti kau tak begitu tampan, hehehe” Kata Gwon sambil berjalan menjauh dari panti asuhan, mau kemana lagi dia.
“hei.. kau salah arah, panti asuhan ada disebelah sana”
“Aku juga tahu… aku ingin pergi ke taman, mendengarkan serangga, apa kau mau mengikutiku lagi? Hehehe?”
“ya harus. Apakah kau tak tahu dimalam seperti ini banyak orang mudah bertindak criminal, apalagi kau bisa dibilang sedikit cantik, pasti banyak yang ingin…”
“Shin, berarti aku harus takut padamu?” kata Gwon sambil menatapku, ia hentikan langkahnya, lalu memandangiku.
“Tidak… bukan orang yang seperti itu”
“Aku sudah 20 tahun tinggal di daerah sini, aku kenal dengan semua tetanggaku, dan sampai sekarang tidak ada yang mau menyakitiku. Yang harus kucurigai adalah dirimu Shin, kau orang baru disini, tadi pagi kita baru bertemu, tapi kau langsung ingin tinggal ditempatku, ada apa hah? Apa yang kau inginkan dengan tinggal di rumah kami?” Tanya Gwon menyelidik
“Aku ingin mencari ketenangan”
“Ketenangan? Hehe ketenangan yang bagaimana?” Gwon kembali berjalan, akupun mengikutinya.
“Iya, aku ingin kehidupan baru, yang tak begitu bising, merepotkan, dan membuat sesak”
“Setiap kehidupan akan ada waktu dimana kita selalu direpotkan, saatnya merasa sesak atas semua kenyataan yang tidak kita sukai, dan kita harus menahan bisingnya kehidupan. Apa.. kehidupanmu begitu berat? Sebenarnya siapa dirimu?”
“Ya… begitu berat” Kami berdua duduk di bawah pohon maple dan mendengarkan serangga saling bersahutan memberikan sinyal.
“Lalu, kalau kau tinggal di tempatku bebanmu berkurang?”
“hummm, tidak berkurang, hanya terlupakan”
“Bersikaplah dewasa Shin, jangan melupakan setiap masalah dalam hidupmu, jangan meninggalkan sebuah masalah, karna masalah yang membuat kita bisa menjadi lebih baik dari sekarang” mendengar kata-katanya dan menatap wajahnya yang polos, entah mengapa aku sepertinya menemukan malaikatku sendiri. Yang mampu memberikan dorongan positif untuk hidupku.
Aku sama sekali tak mempermasalahkan tentang kebutaannya, karena Gwon begitu sempurna, apalagi setelah aku tahu sedikit tentang pemikirannya.
“shin… apakah kau masih disini?” Gwon meraba-raba tanganku “Mengapa diam saja? Apa aku membuatmu sedih? Maafkan aku yang telah banyak bicara. Hmmm Joo bilang kalau kau sangat tampan dan mirip dengan artis yang ada di TV, apakah kau seorang artis ?”
“Hmmm?”
“Apakah kau seorang artis Shin?”
“Anni… aku orang biasa saja, hehe, aku kerja di….”
“Dimana?”
“Di perusahaan Mr Lim”
“Siapa dia?”
“Hmm.. seorang teman yang punya perusahaan, pekerjaan kami melayani masyarakat”
“oooh… kau tak bohong kan?”
“Anni…” tentu saja aku tak berbohong, aku bekerja melayani masyarakat, hehehehe.
“Gwon… apakah kau sering ke tempat ini setiap malam?”
“Iya, aku sering mengajari Joo berjalan disini”
“Kau… gadis terhebat yang pernah kutemui, Gwon” wajahnya kembali memerah di bawah cahaya lampu taman yang remang-remang.
“Gwon, apa tidak sebaiknya kita kembali saja?”
“Hummm… Shin, apa yang biasa dilakukan wanita-wanita normal saat mereka tumbuh dewasa?”
“Mereka?... mereka hanya mempermainkan hati seorang pria, lalu memperoleh uang yang banyak”
“Kejam…”
“Hahahaha… kau benar, mereka kejam, sangat kejam, bahkan ada seorang wanita yang merelakan kehormatannya untuk menghancurkan orang lain”
“Benarkah???” kata Gwon sambil memegang tanganku, tangannya sangat dingin tanpa sarung tangan. “Apakah dunia begitu menakutkan Shin?”
“hanya sebagian yang menakutkan, hehehe, di rumahmu dunia Nampak menggembirakan, Gwon tanganmu dingin, pakailah sarung tanganku” Aku memakaikannya sarung tangan
“Terima kasih Shin, apakah kau punya kekasih shin?”
“hmmm aku… belum”
“hmmm kenapa? Diluar sana banyak sekali wanita normal, beberapa temanku bilang kalau sampai kapanpun aku tak akan bisa menikah, dan tak ada orang yang mau menikah denganku, karena keadaanku yang seperti ini”
“jangan dipikirkan, mereka hanya wanita bodoh yang tak pernah menggunakan otaknya untuk berpikir”
“hum..” Gwon terlihat meneteskan air mata. Aku terus melihat reaksinya
“Gwon?”
“Aku merasakan akulah wanita yang paling bodoh, aku tak pernah sekolah karena aku terlalu takut dengan ejekan orang-orang normal, Shin… apakah didunia ini ada dunia lain untuk orang buta?”
“Kau bisa memasak, kau bisa mengajari adikmu Joo berjalan, kau bisa membantu mereka semua belajar cuci piring dan membereskan ruang makan, itu berarti kau tak bodoh Gwon”
“Tapi.. aku sama sekali tidak pernah sekolah Shin”
“Kau bisa mengucapkan satu sampai ribuan kata, berarti kau pernah belajar Gwon, jangan pernah dengarkan apa kata mereka, mereka hanya iri padamu, mengapa kau begitu cantik, hebat, pintar memasak, dan perhatian terhadap segala sesuatu”
“hehehe… kau berkali-kali mengatakan aku cantik, benarkah aku cantik?”
“hum.. kau lebih cantik dari siapapun yang pernah kutemui”
“Terima kasih Shin, kau telah membuat malam ini lebih baik, Ayo kita kembali”
“Ya… perlu kubantu?” aku mengulurkan tangan dan mengenggam tangannya yang terbalut sarung tanganku. Namun dia menolak dengan sangat halus.
“Tidak perlu”
Kami berjalan bersama di malam yang cerah, baru kali ini aku mengetahui isi hati seorang gadis yang begitu lemah. Apakah benar dia tidak tahu tentang dunia ini? Aku harus membantunya mengetahui dunia ini. Aku harus membuatnya lebih bahagia.
“Gwon.. Ayo kita ke pusat perbelanjaan besok, bagaimana?”
“Benarkah? Tapi akan merepotkanmu saja”
“Tidak… aku akan menunjukkanmu bagaimana dunia, dan aku akan menunjukkan padamu, bahwa kau lebih hebat dari semua wanita, okey?”
“Tidak perlu Shin… lupakan apa yang kukatakan tadi ya?”
“Percayalah padaku, kau akan merasa lebih baik, okey? Kita berangkat besok?”
“Bisakah aku mengajak Eomma, atau Joo?”
“Tentu saja, kita ajak mereka berdua”
“Benarkah???”
“Hum… benar.. Ayo kita pulang, aku sudah sangat lelah”
“Shin…”
“Ya?”
“terima kasih” tangannya menggenggam tanganku, “Kita berteman sekarang, bagaimana?” kami pun pulang ke panti asuhan dengan perasaan yang campur aduk seperti bibimbap. Semoga besok aku bisa membuatnya lebih bahagia.
Aku sedikit melupakan tentang masalahku. Dan melupakan semua telp Hoongki juga sms dari manajer Lim yang mengabarkan kalau JB hanyalah nama dan identitas fiktif. Sudahlah, itu semua akan ku urus setelah aku mengantar Gwon dan keluarganya ke pusat perbelanjaan. Aku tahu semua masalah pasti berakhir, dan aku harus menghadapinya, seperti kata Gwon.
To Be Continue