Flash Story : Shit Down
Author : Ayuna Kusuma
"Sebelum/Sesudah membaca Fanfiction ini, budayakan share, Like, dan komentar. Terima kasih atas dukungannya"
***
Chapter Six : Yoshi Side
"Kau salah Yoshi... aku dan Nanako tak pernah terikat tali persaudaraan, walaupun orang tua kami menikah, dalam hukum negara, kami masih bisa menikah. karena kami sama sekali tak pernah terjalin hubungan darah.... Kumohon mengertilah... aku hanya membantumu, pura-pura berkencan denganmu selama seminggu agar kau bahagia nantinya... tapi kau tak bisa begitu saja menahanku seperti ini.." Kata-kata Nakata begitu menusuk hatiku, apalagi ia langsung berlalu pergi, menghempaskan diriku yang saat ini benar-benar memerlukannya.
"Nakata.... tapi aku...." Pria yang telah merebut hatiku itu hanya meninggalkanku sendiri, tak sanggup lagi kuteruskan kata-kataku. Aku takut ia akan semakin menjauh dariku. Lalu tak melanjutkan rencana semula.
"Nakata... tapi aku mulai mencintaimu..." akhirnya aku bisa menyelesaikannya ketika Nakata sudah menghilang dari pandanganku.
Entah kekuatan apa yang membuatku merasa begitu sehat malam ini, akhirnya dengan hati-hati kuikuti kemanapun Nakata pergi.
***
Bis berhenti tepat di halte, aku pun menghentikan sepeda yang tadi kusewa di dekat rumah sakit. Nafasku terenggah-enggah, lima kilometer kutempuh dengan sepeda gunung, tak biasanya aku seperti ini. Benar kata orang, cinta membuat orang pesakitan lupa dengan rasa sakit yang di deritanya.
Nakata turun dari Bis, dan dari jauh kulihat Dokter Nanako, penampilannya begitu berbeda dari biasanya, rambut kuncir dua, dress pink, membuatnya lebih cantik dariku. Pantas Nakata jatuh cinta pada kakaknya sendiri, mereka terlihat begitu dekat, aku tak bisa mendengar percakapan mereka dari jauh. Kucoba menyandarkan sepeda ke trotoar dan lebih mendekat.
Bersembunyi dibalik pohon layaknya rubah, akupun mencoba mendengar apa saja yang mereka bicarakan. Dan, sialnya aku, kusaksikan bagaimana Nakata mencium Dokter Nanako. Seluruh tubuhku seakan membara, aku marah, aku... apa yang bisa kulakukan? Pria yang saat ini berkencan denganku tega-teganya mencium orang lain.
Saat Nakata mengajak Nanako pergi meninggalkanku sendiri yang menangis dibalik pohon, kemarahanku menjadi-jadi. Aku tak akan membiarkan Nanako merebut Nakata dariku. Kalau keluarga mereka tahu, ini akan menjadi masalah yang serius, dan hubungan mereka tak akan pernah bersatu. Aku yakin itu, setidaknya setelah aku meninggal aku bisa tenang, akan kubuat mereka tak akan pernah bersatu, sampai kapanpun.
***
Sinar matahari masuk ke dalam cela-cela jendela, menandakan aku harus segera pergi ke pusat data sebelum ibu datang menjenguk.
Di lorong rumah sakit, masih terlihat sepi, kulihat di ruang dokter, Dokter Nanako dan Dokter Daiki belum datang. Daripada bersama Nakata Dokter Nanako lebih pantas dengan Dokter Daiki, mereka sama-sama dewasa, dan punya profesi yang sama. Hari ini, aku bersumpah pada diriku dan masa depanku. Nakata hanya untukku, bukan untuk Nanako.
"Konichiwa..." sapaku pada suster yang menunggu ruang data.
"Hai... konichiwa... ada yang bisa kubantu?"
"Suster... bisakah kau berikan padaku alamat Dokter Nanako. Seminggu lagi aku akan keluar dari Rumah sakit, ada kejutan yang harus kukirimkan ke rumah Dokter Nanako... sebagai ucapan terima kasihku"
"Yare!... sebentar... Dokter Nanako punya dua alamat, satu apartementnya, dan satu rumah Ayahnya. kau mau yang mana?"
"Dua-duanya... Isoide!"
"Chottomatte...." kata suster sambil menulis dengan cepat alamat yang kuminta. "Ōkē o suru.... ini alamat apartementnya, dan ini alamat rumah Ayahnya"
"Dōmo arigatōgozaimashita!!" kataku sambil menundukkan kepala sebagai ungkapan terima kasih atas kerjasama suster ruang data "Ini untukmu... terima kasih suster, janji kau tidak akan mengatakan pada Dokter Nanako ya... kalau aku meminta alamatnya... ini untuk kejutan... "
"Yoshi... bagaimana rasanya berkencan dengan adik dokter Nanako?" tanya Suster mengejutkanku.
"Ah... kau tahu semua apa yang kulakukan suster?"
"Tentu saja... kalian selalu berkencan dibawah pohon di belakang rumah sakit... bagaimana aku tidak tahu hahahaha..."
"Rasanya luar biasa suster hihihi..." kataku sambil menepuk pipiku yang memanas.
"Hmmm... kau masih kecil... tapi bisa menakhlukkan pria setampan dia... kau hebat... Yoshi..."
"Beberapa hari lagi... aku akan ke Surga... kalau tidak sekarang... kapan lagi aku bisa merasakan memiliki kekasih hehehe"
"Yoshi... aku yakin prediksi dokter salah... kau akan hidup lama... percaya padaku... setelah kau mengenal cinta... hidupmu akan lebih lama dari yang kau kira..." kata Suster sambil mengedipkan matanya padaku.
"Hontōni???" tanyaku penasaran.
"Hontō. Watashi o shinjite" balas suster
"Dōmo arigatōgozaimashita!! Dōmo arigatōgozaimashita!! Dōmo arigatōgozaimashita!!" setelah berterima kasih padanya, akupun cepat-cepat berlari ke kamar inap. Benar juga kata suster ruang data, saat ini, setelah beberapa kali bertemu dengan Nakata, aku merasa begitu sehat dan merasa bisa hidup lebih lama.
Sekarang aku harus cepat-cepat pergi, Nakata semalam mengatakan kalau hari ini ia tidak bisa berkencan denganku, Huh... aku tak akan membiarkan ia menyepelekan janjinya denganku.
Jaket sudah kupakai, syal pemberian Nakata saat kami berkencan sudah kupakai, Nakata... tunggu aku... inilah saatnya aku mengungapkan apa yang selama ini kalian rahasiakan. Sudah saatnya mereka tahu semuanya.
***
Pertama aku pergi ke alamat pertama, apartement Nanako, tapi kata pemilik apartement, Nanako sudah lama tak tinggal lagi di apartementnya. Dengan bis akupun pergi ke alamat ke dua.
Akhirnya, aku berhenti di halte yang sama seperti halte yang semalam. Hari ini begitu cerah, walaupun mentari begitu terik menyinari bumi, angin lembut masih menemaniku, sesekali menghembuskan rambutku yang pendek.
Berjalan-jalan sebentar akhirnya aku menemukan juga rumah keluarga Nanako. Kupencet bel dan menunggu reaksi selanjutnya.
"Siapa??" tanya seseorang melalui bel.
"Konichiwa... Aku Yoshi..."
"Mau bertemu dengan siapa?"
"Aku mencari Nakata..."
"Ada hubungan apa Nakata denganmu?"
"Aku kekasihnya..."
Bel pun di tutup dan pintu terbuka, seorang wanita paruh baya, buru-buru membukakan pagar untukku.
"Oh....!!! Kau rupanya kekasih Nakata... Aku ibunya... Ayo Masuk... Nakata sedang makan didalam bersama kakaknya... kau sudah makan?" Ibu Nakata memelukku dari samping, ia pun dengan lembut membelai rambutku yang sebahu. "Nakata hebat sekali... bisa memilih kekasih yang cantik sepertimu... kau sudah makan ? kalau belum... ayo bergabung dengan kami..."
"Belum... Misesu..." kataku terkesan.
"Misesu? hahahaha... karena kau kekasih Nakata,... kau sudah bagian dari keluargaku... panggil aku Okasan, Mommy, Mama atau terserah kau saja..."
"Okasan... hehehe Dōmo arigatōgozaimashita" Ibunya menggiringku masuk, Nanako lihatlah Ibu Nakata sudah berada di pihakku, lalu bagaimana denganmu? hmm?
To be continue