Bertahun-tahun menunggu momongan, tak datang jua.
Suatu malam, setelah perayaan pernikahan yang kedua tahun. Aku mendengar suara kucing kecil yang menjerit-jerit di tengah hujan. Aku melihat kucing hitam belang yang hampir saja di tabrak motor. Segera kupungut kucing mungil itu.
Tapi suara kucing kecil yang pilu masih bisa kudengar, suara itu bukan dari kucing belang hitam yang kugendong, Aku kembali menembus hujan, mencari dimanakah kucing yang sedang kedinginan itu. Dan di selokan sebelah rumah, kutemukan kucing berwarna emas meringkuk kedinginan.
Mulai malam itu. Kuputuskan untuk mengangkat mereka berdua sebagai anakku. Meme kucing betina belang hitam dan Momo kucing Jantan belang emas.
Waktu berlalu begitu cepat, mereka berdua kurawat seperti merawat anak sendiri, kuberikan makanan yang sehat, mainan agar mereka betah di rumah, kuajak ngobrol, dan mereka pun tumbuh sebagai kucing cerdas.
Ketika aku bilang Jangan. mereka sudah mengerti dan menghentikan ulah mereka.
Terkadang ketika aku ajak mereka bicara, bukannya diam, mereka juga ikut bicara hehe.
Tahun kedua. Meme terjangkit flu aneh, Ia menghilang, lalu meninggal. Mayatnya di temukan beberapa minggu di belakang rumah. Aku dan suamiku saat itu merasa begitu kehilangan.
Dan di Tahun kedelapan Momo, menyusul saudaranya Meme. Dengan sakit yang sama. Delapan tahun Momo menjagaku, menemaniku, dia bukan kucing yang hanya datang untuk makan lalu pergi begitu saja.
Dia tahu bagaimana caranya menghibur.
Dia tahu bagaimana rasanya rindu padaku.
Hanya dia yang selalu menunggu kehadiranku dirumah.
Selamat Jalan Momo.
I love U