Author : Ayuna Kusuma
Maincast : Suga, Jin and You
Genre : Flash Love
Bel sekolah berdering berkali-kali, seakan mengusir semua murid untuk keluar dari kelas. Aku dan Suga memilih taman belakang sekolah untuk tempat makan yang paling spesial, sambil melupakan peristiwa di kelas yang sempat menghancurkan penilaianku pada Suga.
Suga, seperti tadi, ia masih duduk disampingku, bersandar di bawah pohon maple yang katanya sudah tumbuh ratusan tahun. Angin lembut menerbangkan dedaunan pelan-pelan, membuat suasana yang sunyi semakin mengagumkan.
"Suga...." gumamku, karena sedari tadi ia tak memulai sebuah pembicaraan, hanya menikmati makanannya dan membawa komik yang dibawa nya dari rumah.
"Hmmm..." jawabnya tak peduli.
"Ya.... Suga ya..."
"Waeee?" mendengar keluhanku, ia menoleh ke arahku, senyumannya masih seperti biasa, hanya saja matanya kembali ke komiknya, begitu cepat ia melihatku, lalu melupakanku hanya untuk komiknya.
"Suga....." gumamku sambil menggoyang lengannya, hingga kimbab yang hampir saja ia lahap terjatuh ke kotak makannya.
"Nuna... wae geulae?" tanya Suga, akhirnya ia tahu juga, saat ini aku sedang gelisah.
"Mianhae..." kuambil kimbab yang jatuh di kotak makan, dan memasukkannya ke mulut Suga yang terbuka ketika menguap.
"humm wihae mueos-inga?" sambil mengunyah ia menunggu aku menjawab pertanyaannya.
"mollayo..." itulah jawabanku, seakan aku sudah menyerah, tak tahu apa sebenarnya yang kupikirkan saat ini.
"gwaenchanh-euseyo?" Suga tampak khawatir sekarang, ia menutup kotak makanannya, lalu menyandarkan kepalanya seperti lima hari yang lalu. Setelah ia begitu lelah bertempur dengan Jin.
"Suga... aku masih ingat kata-kata Jimin... apakah kau benar-benar telah membunuh sahabatnya?" Suga menghembuskan nafas panjang, lalu suasana kembali sunyi. Angin tampak semakin nakal, beberapa kali meniup dedaunan keatas kotak makanan kami berdua. Kulihat Suga sudah terlelap di pundakku, sedangkan waktu istirahat kami masih tersisah sepuluh menit lagi.
"Mianhae..." Bisikku, sambil mengambil dedaunan yang mengotori rambut Suga yang ikal.
"Itu bukan aku..." bisik Suga.
"Eeeh?"
"Yang membunuh orang itu bukan aku... malam itu... seperti biasanya... kakak kelasku di sekolah sebelumnya, selalu mengajakku ke berbagai tempat untuk berlatih breakdance... tapi sialnya... orang yang dibicarakan Jimin, datang... membuat masalah, kurasa ia sedang mabuk... tapi kakak kelasku tak mau tahu... dengan pisau lipat yang dibawa sahabat Jimin... ia membunuhnya... Setelah membunuh orang itu... ia pergi meninggalkanku sendiri, saat itu... aku tak tahu harus melakukan apa... aku hanya duduk melihat mayat didepanku... sambil berharap ia bisa hidup kembali... tapi Jin dan Jimin tiba-tiba datang... mereka membawaku ke kantor polisi... karena masalah itu... aku ditahan 3 bulan... dan hampir saja mendapat black list dari semua sekolah...tapi Tuhan tak tidur Nuna... pengadilan berjalan lancar... hakim menetapkan aku bebas dari tuduhan... dan saat ini... pembunuh yang sebenarnya sudah dipenjara... Ia harus menjalani masa hukuman selama 12 tahun... tapi sayang sekali... Jin dan Jimin... masih menganggapku sebagai pembunuh yang sebenarnya... karena mereka pula... di sekolahku yang dulu... semua murid takut padaku.. dan akhirnya aku terpilih menjadi ketua gang mereka... padahal... aku sama sekali tak suka berkelahi... apa yang kulakukan selama ini... hanya sebuah keterpaksaan... Malam itu... ketika kau berteriak demi melindungiku... aku tahu... kau adalah warna lain dalam hidupku... yang bisa memudarkan kelamnya hidupku yang dulu..."
"Suga....... mianhae...." air mataku entah mengapa begitu mudahnya meluncur membasahi wajahku.
"gwaenchana Nuna... saat bersamamu... aku hanya bisa merasakan kebahagiaan..."
"Walaupun kau dihantam pemukul kasti? aigoo... Suga ya... lukamu masih memar... bagaimana ini? eoh?"
"Nuna... aku pria... pantas bila memiliki luka... Kajja... kita kembali ke kelas..." Suga bangkit berdiri. Memandangnya seperti ini, membuatku berterima kasih pada nasib dan ramalan itu. Kini keyakinan itu kembali pada hatiku. Aku yakin Suga lah jodohku yang sebenarnya.
"Suga... gomawo..."
"humm wihae mueos-inga?"
"kau telah menjelaskan semuanya... padaku... "
"Nuna... apa sekarang kau percaya padaku? buku ramalan itu tak salah kan?"
"Hmmm... tak salah..." kataku sambil menyambut tangan Suga, lalu berdiri dan membersihkan celana trainingku dari dedaunan.
"Oh... !! ANDWAE!!" teriakan itu mengejutkanku, Jimin rupanya sedari tadi menguping kami di balik pohon.
"Jimin???" pria itu tersenyum sinis padaku. Ia melemparkan majalah baru ke arahku. "Oh... Andwae... kalian berdua tidak akan bisa bahagia... dan kau suga... ramalan mengatakan kalau kau harus membayar semua kesalahan yang telah kau perbuat... HYAAAAAAAAA!!!!!" Jimin berlari ke arah kami, kilauan cahaya dari pisau yang dibawanya, tiba-tiba menusukku.
Jimin menusukkan pisaunya lebih dalam, hingga darahku mengalir keluar begitu deras, aku sadar, aku sedang melindungi Suga, dan mendapatkan tusukan yang begitu menyakitkan dari pisau Jimin.
"ARMY!!!" Teriak Suga, ia memelukku yang terjatuh kesakitan. Bisa kulihat wajah Jimin yang mulai panik. Ia memegang kepalanya dan kabur entah kemana. Sedangkan Suga yang memelukku, bibirnya mengucapkan sesuatu, tapi aku tak bisa mendengarnya, terlalu sakit untukku mendengar apa yang ia katakan. Hanya saja, airmatanya membuatku bisa melupakan rasa sakit itu, lalu akhirnya... aku berada di tempat yang tak pernah ingin ku kunjungi sebelumnya.
To be continue